JAKARTA – Aksi unjuk rasa para pengemudi ojek online (ojol) di Jakarta sempat diwarnai ketegangan, antara massa aksi dan pihak kepolisian. Ketegangan terjadi buntut dari penyalaan flare saat aksi sedang berlangsung.
Berdasarkan pantauan Okezone, salah satu peserta aksi tiba-tiba menyalakan flare di tengah orasi yang sedang berlangsung. Penyalaan flare tersebut langsung direspons oleh petugas yang sebelumnya berjaga di balik kendaraan tractor barrier.
Ketegangan pun tak terhindarkan saat petugas berusaha merebut flare dari tangan pengunjuk rasa. Meski demikian, sejumlah peserta aksi berupaya mempertahankan flare tersebut, hingga sempat terjadi adu dorong antara kedua belah pihak.
"Sabar, Pak! Sabar!" teriak seorang pengemudi ojol saat situasi mulai memanas.
Pihak kepolisian mengingatkan, bahwa dalam aksi penyampaian pendapat, peserta dilarang membawa petasan atau melakukan pembakaran. Polisi pun menegaskan akan bertindak tegas terhadap pelanggaran aturan tersebut.
"Kami imbau agar peserta aksi tidak melakukan pembakaran apa pun," seru petugas lewat pengeras suara.
Sebagai informasi, puluhan pengemudi ojol menggelar aksi demo dengan membawa lima tuntutan. Salah satu poin utama adalah mendesak pihak aplikator agar hanya memotong komisi sebesar 10%.
Selain itu, massa juga menuntut dihapuskannya sistem “perbudakan” slot & aceng, serta menolak sistem driver prioritas. Hal tersebut terpampang jelas di sejumlah spanduk yang mereka bawa.
"Hapus sistem perbudakan slot & aceng. Hapus sistem driver prioritas," bunyi salah satu spanduk peserta aksi.
Tak hanya itu, para pengemudi ojol juga mendesak pemerintah agar segera menyusun undang-undang khusus tentang transportasi online, serta merevisi sejumlah regulasi yang dianggap tidak berpihak pada pengemudi.
(Awaludin)