"Satu Gerbang selaras dengan visi kami untuk menjadi gerakan kolektif yang menyatukan seluruh pemangku kepentingan. Mulai dari pemerintah daerah, akademisi, komunitas, pelaku usaha, pesantren, hingga masyarakat luas untuk menjadikan Jawa Timur sebagai Gerbang Baru Nusantara dalam pengembangan ekonomi syariah," ujarnya.
Melalui program Satu Gerbang, Khofifah mengajak seluruh elemen, yaitu ASN, santri, UMKM, komunitas, maupun pemuda untuk bersinergi dan berkolaborasi. Kolaborasi yang juga melibatkan berbagai lembaga syariah di Jawa Timur, seperti BAZNAS, BWI, MES, DMI, KDEKS, OPOP, serta lembaga lainnya, mampu mendongkrak program-program yang pro terhadap pengembangan ekosistem syariah. Mulai dari program inkubasi, pembentukan zona khas hingga pengembangan ekonomi hijau.
"Dengan langkah bersama, insyaallah ekonomi syariah tidak hanya terus tumbuh, tetapi mampu bertransformasi menjadi lebih produktif, mandiri, inklusif, dan adaptif terhadap perkembangan digital," katanya.
"Tentu kami berharap pelaksanaan Fesyar tahun 2025 menjadi bagian mendorong dan penyemangat gerbang santri dari Jawa untuk Dunia," ucapnya.
Kepala Departemen Ekonomi Syariah BI Pusat Imam Hartono dalam sambutannya mengaku optimistis bahwa Jatim memiliki posisi strategis dalam pengembangan FESyar.
Bukan tanpa alasan, pelaksanaan ISEF pertama sampai keenam diselenggarakan di Surabaya. FESyar Jawa disebutnya sebagai embrio dari ISEF yang saat ini digelar di Jakarta.
"Kalau FESyar Regional Sumatera dan Indonesia Timur setiap tahunnya bisa berpindah-pindah tempat. Kalau FESyar Jawa tidak boleh berpindah, harus tetap di Jawa Timur," ujar Imam Hartono.