"Saya sudah kordinasi juga dengan DP3AP2KB (Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana) untuk pendampingan psikologi supaya tidak ada trauma bagi anak tersebut," terangnya saat mengecek lokasi kejadian, Kamis (25/9/2025).
Saat kejadian, kata Deden, murid-murid di ruangan kelas memang sedang mengerjakan tugas. Namun, dia masih akan memastikan lagi apa pemicu yang menyebabkan F marah dan melakukan aksinya.
"Yang pasti nanti kami cari lagi informasi yang lebih lengkap, kami cari permasalahan utamanya apa. Jadi kami fokus ke anaknya dulu," ujarnya.
Guna memulihkan psikologinya, F dibiarkan tak masuk sekolah untuk beristirahat di rumah. "Hari ini memang sengaja di rumah dulu, rencana Senin baru masuk sekolah. Tapi selama itu kami pantau dan mudah-mudahan bisa bertemu dengan orang tuanya juga," katanya.
(Arief Setyadi )