MAKKAH – Musim dingin di Makkah tidak pernah hadir dengan gemuruh. Ia datang perlahan, hampir tanpa tanda, namun cukup membuat siapa pun yang merasakannya mengerti bahwa udara kota suci memiliki karakternya sendiri.
Ketika matahari mulai condong ke barat dan bayangan bukit-bukit batu memanjang di atas tanah gurun, hawa panas yang biasanya membungkus Mekah berubah menjadi hembusan sejuk yang memeluk lembut para tamu Allah.
Dini hari, suhu mencapai titik terendahnya. Napas para jamaah berubah menjadi kabut tipis, mengambang sejenak sebelum tersapu angin. Jalanan menuju Masjidil Haram dipenuhi langkah-langkah manusia dari berbagai penjuru dunia, masing-masing membawa doa, rindu, dan harapan yang tidak pernah usai.
Di pelataran Kakbah, marmer terasa dingin seperti batu yang baru terangkat dari kegelapan malam. Para jamaah merapatkan kain ihram, mengusap tangan, namun langkah mereka tak pernah surut. Tawaf tetap berlangsung, meski angin dingin berputar di sela tiang-tiang Masjidil Haram.