Sebuah suara lelaki kemudian terdengar mengucapkan “Iqra” dengan nada bergetar. Di ruangan itu, para pengunjung tertegun tanpa suara. Seolah gambaran itu hidup dan membawa kembali ke masa Nabi Muhammad SAW.
Tak jauh dari sana, museum menampilkan replika pedang, sandal, tongkat, dan bejana yang digunakan pada masa Nabi. Semua dikurasi dengan penjelasan rinci. Ada pula manuskrip Alquran tua yang ditampilkan di balik kaca tebal. Meski bukan mushaf asli zaman Nabi, tampilannya menimbulkan rasa haru, tulisan tangan para sahabat yang begitu rapi, seakan menanggung amanah besar untuk menjaga firman Allah.
Salah satu titik favorit adalah teater 360 derajat yang memutar perjalanan dakwah Nabi sejak di Makkah hingga hijrah ke Madinah. Visualnya halus, suaranya jernih, dan alur ceritanya menyentuh.
Adegan perjalanan hijrah membuat banyak orang terdiam: padang pasir luas, langkah kaki unta, dan kepercayaan total Abu Bakar kepada Rasulullah.