Menyusuri Jejak Nabi Muhammad SAW di Puncak Makkah

Arie Dwi Satrio, Jurnalis
Minggu 16 November 2025 10:33 WIB
International Museum of Prophets Biography (foto: Okezone/Arie Dwi Satrio)
Share :

MAKKAH – Di balik gemerlap menara jam (Clock Tower) Abraj Al-Bait yang menjulang megah di samping Masjidil Haram, Makkah, tersimpan sebuah ruang hening yang memikat jiwa: Museum Nabi Muhammad SAW (International Museum of Prophet’s Biography).

Dari luar, menara raksasa itu mungkin terlihat seperti simbol modernitas kota suci. Namun di dalamnya, tersimpan perjalanan lintas waktu yang membuat siapa pun serasa berjalan di antara halaman sirah, menelusuri kehidupan manusia paling mulia dengan jarak yang begitu dekat.

iNews Media Group berkesempatan menyusuri jejak-jejak Nabi Muhammad yang divisualisasikan dalam empat dimensi di museum tersebut. Hawa sejuk langsung menyelimuti saat berada tepat di depan museum, seolah menenangkan diri.

Di depan museum, cahaya temaram menyorot kaligrafi emas bertuliskan “Muhammad Rasulullah”. Perjalanan ini bukan sekadar wisata religi, tetapi momen spiritual batin yang pelan-pelan membasuh kesadaran.

Museum dimulai dengan lorong interaktif yang menggambarkan awal penciptaan alam. Cahaya biru gelap menari di dinding, memvisualkan galaksi dan planet, membawa pengunjung menyadari bahwa kisah Nabi bukan berdiri sendiri, melainkan bagian dari skenario besar Sang Pencipta.

 

Layar digital besar kemudian menampilkan garis waktu para nabi terdahulu: Adam, Idris, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa hingga akhirnya Muhammad SAW. Setiap nama ditampilkan dengan narasi lembut, memperlihatkan kesinambungan risalah dan peran Nabi Muhammad sebagai penutup para rasul.

Sebuah getaran halus terasa di dada; seperti diingatkan kembali bahwa perjalanan panjang umat manusia berujung pada sosok penuh kasih sepanjang masa.

Memasuki ruangan berikutnya, suasana berubah menjadi hangat. Dinding-dinding menampilkan maket Makkah tempo dahulu lengkap dengan jalur kafilah, sumur Zamzam, hingga rumah Abdul Muthalib.

Ada pula rekaman suara yang menggambarkan hiruk pikuk Pasar Ukaz, tempat para penyair bertemu. Suara unta, pedagang, dan lantunan syair menyatu dalam audio tiga dimensi. Sesaat, pengunjung dibawa ke masa ketika agama ini baru tumbuh.

Di ruangan paling gelap, hanya satu titik cahaya yang bergerak pelan di langit-langit. Pada layar kaca melengkung, visualisasi Gua Hira ditampilkan, batu-batu, sempitnya ruang, dan kesunyian malam.

 

Sebuah suara lelaki kemudian terdengar mengucapkan “Iqra” dengan nada bergetar. Di ruangan itu, para pengunjung tertegun tanpa suara. Seolah gambaran itu hidup dan membawa kembali ke masa Nabi Muhammad SAW.

Tak jauh dari sana, museum menampilkan replika pedang, sandal, tongkat, dan bejana yang digunakan pada masa Nabi. Semua dikurasi dengan penjelasan rinci. Ada pula manuskrip Alquran tua yang ditampilkan di balik kaca tebal. Meski bukan mushaf asli zaman Nabi, tampilannya menimbulkan rasa haru, tulisan tangan para sahabat yang begitu rapi, seakan menanggung amanah besar untuk menjaga firman Allah.

Salah satu titik favorit adalah teater 360 derajat yang memutar perjalanan dakwah Nabi sejak di Makkah hingga hijrah ke Madinah. Visualnya halus, suaranya jernih, dan alur ceritanya menyentuh.

Adegan perjalanan hijrah membuat banyak orang terdiam: padang pasir luas, langkah kaki unta, dan kepercayaan total Abu Bakar kepada Rasulullah.

 

Tak hanya itu, iNews Media Group juga berkesempatan mengunjungi area pandang tinggi di Menara Jam, puncak tertinggi di Makkah. Dari tempat ini, Masjidil Haram terlihat seperti lautan putih, bergerak pelan oleh arus manusia yang bertawaf. Kubus Ka’bah yang hitam tampak kecil dari ketinggian, tetapi justru terasa semakin agung.

Sensasi yang muncul bercampur-campur: takjub, haru, syukur, dan kesadaran betapa kecilnya diri di tengah sejarah yang begitu besar.

Mengunjungi Museum Nabi Muhammad di Clock Tower bukan hanya tentang melihat artefak atau multimedia canggih. Ia adalah perjalanan menyusuri lapisan-lapisan cinta: cinta Nabi kepada umatnya, cinta sahabat kepada Rasulnya, dan cinta Allah yang menghadirkan sosok panutan terbaik bagi manusia.

(Awaludin)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya