Paus Leo: Palestina Harus Diakui, Solusi Dua Negara Satu-satunya Jalan Akhiri Konflik

Rahman Asmardika, Jurnalis
Selasa 02 Desember 2025 12:26 WIB
Paus Leo XIV. (Foto: X)
Share :

JAKARTA – Paus Leo XIV mengatakan bahwa Solusi Dua Negara adalah satu-satunya pilihan yang dapat menjamin keadilan bagi warga Israel dan Palestina untuk menyelesaikan konflik kedua belah pihak. Namun, dia mengakui bahwa Israel telah menolak solusi tersebut, sehingga sulit untuk diwujudkan.

Pernyataan tersebut disampaikan Paus Leo saat terbang dari Turki ke Lebanon pada Minggu (30/11/2025), dalam rangkaian lawatan internasional pertamanya sebagai pemimpin umat Katolik dunia.

Vatikan secara resmi mengakui negara Palestina pada 2015, dan Takhta Suci telah berulang kali mendukung Solusi Dua Negara. Namun, komentar terbaru ini menandai seruan paling kuat dari Paus Leo untuk pengakuan internasional resmi bagi Palestina di tengah perang di Gaza.

“Kita semua tahu Israel tidak menerima solusi itu saat ini, tetapi kami menganggapnya sebagai satu-satunya solusi,” ujar Leo kepada para wartawan, sebagaimana dilansir RT. “Kami juga sahabat Israel,” tambahnya, seraya mengatakan bahwa Vatikan akan terus bertindak sebagai “suara mediasi” untuk membantu bergerak menuju “solusi yang berkeadilan bagi semua.”

 

Paus Leo XIV mengawali lawatan internasional pertamanya dengan kunjungan ke Turki, di mana dia membahas konflik Gaza dan Ukraina dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan, selain juga isu-isu lainnya.

Mengenai Gaza, Paus Leo menegaskan kembali dukungan Takhta Suci yang telah lama ada untuk Solusi Dua Negara. Pembentukan negara Palestina telah lama dipandang secara internasional sebagai satu-satunya cara untuk mengakhiri konflik yang berlangsung puluhan tahun.

Awal bulan ini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa penentangan negaranya terhadap negara Palestina “tidak berubah sedikit pun” dan tidak terancam oleh tekanan eksternal maupun internal. “Saya tidak membutuhkan penegasan, cuitan, atau ceramah dari siapa pun,” ujarnya.

 

Gencatan senjata 10 Oktober yang ditengahi Amerika Serikat (AS) menyerukan penarikan mundur Israel dan pembebasan 20 sandera Israel dengan imbalan sekitar 2.000 tahanan Palestina. Namun, serangan Israel terus berlanjut dan aliran bantuan melambat, menyebabkan kondisi mengerikan, kata badan PBB dan mediator regional.

(Rahman Asmardika)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya