AS Sita Kapal Tanker Minyak di Lepas Pantai Venezuela

Rahman Asmardika, Jurnalis
Kamis 11 Desember 2025 12:59 WIB
Video penyitaan kapal tanker di lepas pantai Venezuela. (Foto: Pemerintah AS)
Share :

JAKARTA – Pasukan Amerika Serikat (AS) telah menyita sebuah kapal tanker minyak di lepas pantai Venezuela, kata Presiden Donald Trump. Penyitaan ini menandai peningkatan tajam dalam kampanye tekanan Washington terhadap pemerintahan Nicolás Maduro.

“Kami baru saja menyita sebuah kapal tanker di lepas pantai Venezuela – sebuah kapal tanker besar, sangat besar, yang terbesar yang pernah disita,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih, sebagaimana dilansir BBC.

Dalam video penyitaan tersebut, Jaksa Agung Pam Bondi menggambarkan kapal itu sebagai “kapal tanker minyak mentah yang digunakan untuk mengangkut minyak yang dikenai sanksi dari Venezuela dan Iran.”

Caracas dengan cepat mengecam tindakan tersebut, menyebutnya sebagai “pembajakan internasional.” Sebelumnya, Presiden Maduro menyatakan bahwa Venezuela tidak akan pernah menjadi “koloni minyak.”

Pemerintahan Trump menuduh Venezuela menyelundupkan narkotika ke AS dan telah meningkatkan upaya untuk mengisolasi Presiden Maduro dalam beberapa bulan terakhir.

 

Venezuela – negara dengan cadangan minyak terbukti terbesar di dunia – menuduh Washington berupaya mencuri sumber dayanya.

Harga minyak mentah Brent sedikit naik pada Rabu (10/12/2025) karena berita penyitaan tersebut memicu kekhawatiran pasokan jangka pendek. Analis memperingatkan bahwa langkah tersebut dapat mengancam para pengirim dan semakin mengganggu ekspor minyak Venezuela.

Jaksa Agung AS Pam Bondi, yang memimpin Departemen Kehakiman AS, mengatakan Biro Investigasi Federal, Departemen Pertahanan, Departemen Keamanan Dalam Negeri, dan Penjaga Pantai AS mengoordinasikan penyitaan tersebut.

“Selama bertahun-tahun, kapal tanker minyak tersebut telah dikenai sanksi oleh Amerika Serikat karena keterlibatannya dalam jaringan pengiriman minyak ilegal yang mendukung organisasi teroris asing,” tulis jaksa penuntut umum tertinggi negara itu di X.

Operasi tersebut melibatkan dua helikopter, 10 anggota Penjaga Pantai, 10 Marinir, serta pasukan khusus.

Perusahaan asuransi risiko maritim Vanguard Tech mengidentifikasi kapal tersebut sebagai Skipper dan mengatakan bahwa mereka yakin kapal itu telah “memalsukan” posisinya – atau menyiarkan lokasi palsu – untuk waktu yang lama.

 

Menurut laporan CBS, Departemen Keuangan AS memberikan sanksi kepada Skipper pada 2022 atas dugaan keterlibatan dalam penyelundupan minyak yang menghasilkan pendapatan bagi Hizbullah dan Korps Garda Revolusi Islam–Pasukan Quds.

Pemerintah Venezuela mengeluarkan pernyataan yang mengecam penyitaan tersebut sebagai “kejahatan internasional yang serius.” Menteri Dalam Negeri Diosdado Cabello menyebut AS sebagai “pembunuh, pencuri, pembajak.”

Dalam beberapa hari terakhir, AS telah meningkatkan kehadiran militernya di Laut Karibia, yang berbatasan dengan Venezuela di utara.

Peningkatan tersebut melibatkan ribuan pasukan dan USS Gerald Ford yang ditempatkan dalam jarak serang dari Venezuela.

Langkah ini telah memicu spekulasi tentang potensi terjadinya aksi militer.

Sejak September, AS telah melakukan setidaknya 22 serangan terhadap kapal-kapal di wilayah tersebut yang menurut pemerintahan Trump menyelundupkan narkoba. Setidaknya 80 orang tewas dalam serangan-serangan ini.

(Rahman Asmardika)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya