SIDRAP - Pernahkan anda berpikir mengapa artis elekton mau bergoyang candoleng-doleng? Annie Puspitasari (22) salah seorang artis elekton yang sempat penulis wawancarai mengaku sangat malu melakukan candoleng-doleng, apalagi jika mengingat anak perempuannya yang masih berumur lima tahun.
Tapi himpitan ekonomi membuat 'janda kembang' itu tetap bergoyang candoleng-doleng. Diakuinya, sangat sulit mendapatkan pekerjaan yang dianggap layak oleh masyarakat. Berbekal ijazah Sekolah Menengah Atas (SMA), Annie pernah melamar di beberapa perusahaan di kota Makassar.
Namun hingga beberapa bulan sejak mengajukan lamaran, dia tidak pernah dihubungi oleh satupun perusahaan untuk mengikuti tes. Sementara untuk membuka usaha sendiri, Annie mengaku tidak mempunyai modal usaha.
"Membuka usaha butuh modal Mas, sedang saya tidak punya modal sama sekali. Saya juga tidak bisa mengandalkan bantuan dari keluarga, karena saya juga berasal dari keluarga tidak mampu," jelasnya lirih.
Meski terhimpit masalah ekonomi, Annie mengaku selama menjadi artis elekton, dirinya tidak pernah mau menerima tawaran untuk berkencan dengan penontonnya, meski diimingi dengan bayaran yang mahal.
"Goyang candoleng-doleng sudah dianggap bertentang dengan agama, saya tidak mau lagi menambah dosa dengan menerima tawaran berkencan dengan penonton saya," lanjut ibu satu orang anak itu.
Diakui oleh Annie, umumnya artis elekton mau saja melakukan goyang candoleng-doleng, bahkan menerima tawaran berkencan dengan penonton, karena persoalan ekonomi. Untuk tampil dalam satu pesta semalaman atau sehari suntuk, mereka hanya dibayar paling tinggi Rp70 ribu.
Upah tersebut memang sangat murah, karena untuk menyewa peralatan elekton, lengkap dengan artis dan player-nya, hanya membutuhkan dana sekitar Rp700 ribu. Pemilik elekton tentu saja harus membagi uang tersebut untuk membayar artis, yang biasanya berjumlah tidak kurang dari empat orang, ditambah lagi player dan tekhnisi elekton, serta biaya sewa atas peralatan elekton.
Oleh karena itu, saat 'musim pernikahan' seperti saat ini tiba, dianggap sebagai rezeki nomplok oleh artis elekton. Betapa tidak, pada saat itu mereka tentunya akan semakin sibuk karena kebanjiran order manggung di beberapa pesta. Selain order menyanyi dan bergoyang, sebagian dari mereka juga kebanjiran order berkencan dari penonton yang 'nakal'.
(Fitra Iskandar)