Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement
Tahun Kejujuran

Kejujuran Tak Tercantum di Ideologi Bangsa

Marieska Harya Virdhani , Jurnalis-Senin, 24 Januari 2011 |09:29 WIB
Kejujuran Tak Tercantum di Ideologi Bangsa
(Foto: globalfirepower)
A
A
A

DEPOK - Bohong sangat erat kaitannya dengan moral seseorang. Setiap guru dan orangtua pasti selalu melarang anak-anak mereka berbohong dan harus bersikap jujur.  
Namun, apa benar larangan yang tertuang dalam setiap norma tersebut memang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari? Atau jangan-jangan memang secara tak sadar, sejak dahulu kita sudah mengajarkan anak cucu untuk mencari kambing hitam kesalahan pihak lain dan tak mencoba bersikap jujur.
 
Peneliti Kajian Budaya Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati membeberkan beberapa kasus nyata yang banyak diterapkan oleh para orangtua di Indonesia. Bahkan Devie berani mengatakan bahwa budaya yang banyak diajarkan di Indonesia yakni budaya kambing hitam yang memang sudah sering diajarkan sejak kecil.
 
“Di negara Eropa dan Australia, anak-anak sejak kecil sudah diajarkan untuk jujur, misalnya ada anak keturunan Australia saat makan siang muram, di mobil juga muram, bahkan didiamkan oleh orangtuanya sampai ketemu lagi di makan malam. Beda dengan orangtua di Indonesia, kalau perlu balik ke mobil anak disuapin supaya makan,” tuturnya saat berbincang dengan okezone, belum lama ini.
 
Contoh lainnya disebutkan Devie, yakni dimana saat anak menangis setelah jatuh justru tak dibiasakan berbesar hati mengakui kesalahan. Tetapi orangtua cenderung menyalahkan pihak lain.
 
“Yang disalahkan mejanya, lantainya, nakal nih mejanya, lantainya. Itu contoh anak tidak perlu jujur, anak tak perlu ambil risiko, anak tahu kalau dia punya kesalahan ada orang lain yang jadi kambing hitam, ada orang lain yang memback-up,” tegasnya.
 
Karena itu, kata Devie, tak heran mengapa saat ini, banyak koruptor yang senang-senang dan tenang- tenang saja karena sudah terbiasa sejak kecil ada kambing hitam. Selain itu, kata Devie, tak heran pula mengapa ada joki napi.
 
“Konteksnya adalah secara etika dan norma tidak mengenal itu dalam norma sosial keseharian, dan ini problem besar. Bukan persoalan hari ini, secara etika moral di kepala masyarakat Indonesia, konteks agama konteks sosial berbeda dengan konteks pendidikan. Di luar negeri, di banyak sekolah di Prancis orangtua rela anaknya di dropped out. Kalau di Indonesia tidak, bahkan kalau perlu menyogok dan mencontek, karena itu tadi budaya kejujuran tidak ada di dalam pendidikan kita,” paparnya.
 
Bahkan di dalam butir-butir Pancasila, tak disebutkan larangan untuk berbohong, harus bersikap jujur, ataupun tidak bergaya hidup mewah. Namun yang ada justru budaya tenggang rasa, saling menghormati, musyawarah, dan tepo seliro. Sehingga larangan berbohong memang tak tercantum di dalam ideologi bangsa. Tak heran pula jika pemerintah dianggap berbohong.

(Lusi Catur Mahgriefie)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement