JAKARTA - Banyak yang beranggapan bahwa menggunakan bahasa Indonesia yang baku dilihat dari tata bicaranya yang rapi serta bertutur kata yang terstruktur. Memang seperti itu. Tapi sebenarnya, berbahasa yang baku tidak melulu demikian. Hal paling penting adalah bagaimana kita berbicara dengan sopan dan santun.
Menurut mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) Nabiela Rizki Alifa mengatakan, penggunaan bahasa Indonesia yang baku bukanlah bahasa seperti Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). "Bukan juga seperti bahasa Indonesia yang kita pelajari di sekolah, tapi penggunaan bahasa yang sopan," ujar Nabiela kepada Okezone, Sabtu (19/10/2013).
Nabiela mengimbuhkan, berbicara dengan teman sebaya atau teman sepermainan menggunakan bahasa yang baku seperti layaknya kepada orangtua, malah akan membuat suatu gap.
"Jadi kita lihat sikon, berbicara dengan teman sebaya bisa dibilang informal, tidak terlalu formal tapi santai. Saya adalah orang yang percaya bahwa bahasa mempunyai kekuatan batin kepada orang yang kita tuju," ucap mahasiswi angkatan 2011 itu.
Mahasiswi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Donna Ayu Syah Putri bercerita, saat dirinya ke Kalimantan, masyarakat di sana suka berbicara dengan bahasa yang baku. Sehingga dia pun juga harus berbahasa baku dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
"Bahasa baku di Jakarta berbeda di Kalimantan. Seperti contoh pertanyaan 'Sudah makankah?' Bahasa baku di sana kebanyakan menggunakan partikel 'kah' dalam kata akhir sebuh pertanyaan," ungkap mahasiswi angkatan 2010 itu.
(Rifa Nadia Nurfuadah)