JAKARTA - Sebagai anak muda, menjadi sangat penting jika kita berinteraksi kepada orang yang lebih tua dengan bahasa yang baku. Walaupun bahasa baku penting, cara ini tidak selalu digunakan kepada semua orang.
Artinya, ada situasi dan kondisi ketika kita harus berbicara baku dengan orang yang kita tuju. Jangan sampai kita berbicara baku dengan teman sebaya atau teman sepermainan, malah akan dipandang sebelah mata.
Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) Nabiela Rizki Alifa mengatakan, penggunaan bahasa sehari-hari dilihat dulu ketika kita berbicara dengan siapa. "Ketika berbicara, kita harus tetap akrab dan tetap mengerti konteks pembicaraan serta membangun komunikasi yang baik," ujar Nabiela ketika berbincang dengan Okezone, Sabtu (19/10/2013).
Menurut Nabiela, ketika bebicara dengan orang-orang yang baru kita kenal, maka penggunaan bahasa baku menjadi jembatan dalam membangun komunikasi dengan orang tersebut.
"Ketika membangun komunikasi, kita juga memilih-milih kata jika ngomong sama siapa dan tujuannya apa. Jadi kita tahu apa yang mau kita bicarakan," ucap mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat itu.
Selain itu, mahasiswi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Donna Ayu Syah Putri mengatakan, penggunaan bahasa baku juga harus tepat momennya. Misalnya ketika berbicara dengan orang yang lebih tua harus benar-benar sopan.
"Berbahasa gaul cocoknya sama orang yang sepantaran, supaya asyik aja ngomongnya sama teman-teman. Jadi harus tahu batasan-batasannya dalam berbahasa baku," ungkap mahasiswi Jurusan Public Relation itu.
Cewek yang akrab disapa Eboy itu mengaku, tidak mengerti bahasa alay dan bahasa banci. "Kecuali kalau misalnya main sama alay dan banci-banci baru saya ngerti," tutur cewek kelahiran Jakarta 17 Mei 1992 itu sambil tertawa.
Kadang Eboy juga suka berbahasa Inggris dengan ibunya dan teman-temannya dari negara lain. "Kadang berbahasa Melayu juga sama teman dari Malaysia," kata mahasiswi angkatan 2010 itu.
(Rifa Nadia Nurfuadah)