JAKARTA – Posisi Aburizal Bakrie sebagai Ketua Umum Partai Golkar kembali digoyang. Kali ini, sejumlah orang yang tergabung dalam Lintas Generasi Partai Golkar menuntut Aburizal turun dari jabatannya karena gagal membawa Golkar menjadi partai yang lebih baik.
Namun, tuntutan tersebut tidak diamini begitu saja oleh DPP Partai Golkar. Melalui Wasekjen Partai Golkar, Tantowi Yahya, tuntutan Ical untuk mundur menyalahi aturan karena tidak sesuai dengan AD/ART. Tantowi juga berpendapat, kepemimpinan Aburizal banyak menuai hasil positif kendati gagal menjuarai pemilu legislatif lalu.
“Golkar ini partai kolektif. Tidak fair lah kalau kesalahan hanya ditujukan kepada satu orang,” tegas Tantowi saat berbincang dengan Okezone per telepon, Selasa (15/7/2014).
Tantowi mengakui jika di kepemimpinan Aburizal Golkar gagal menjuarai pemilu legislatif dan gagal mengusung kadernya menjadi calon presiden. Namun, lanjut dia, Aburizal berhasil melalukan konsolidasi dan kaderisasi.
“Lebih dari 50 persen kader Golkar berhasil menjadi kepala daerah atau wakil kepala daerah di masa kepemimpinan Pak Aburizal. Ini kan prestasi juga,” tandasnya.
Tantowi juga membela Aburizal yang merekrut kader baru Partai Golkar untuk menjadi pengurus semisal Rizal Mallarangeng. Menurut Tantowi, semua dilakukan untuk kebaikan partai. “Mau siapapun dia kalau dinilai mampu ya direkrut sama Pak Aburizal. Hal seperti ini kan tidak haram bagi partai,” kata Anggota Komisi I DPR ini.
Sebelumnya, Politisi senior Partai Golkar Fahmi Idris menyesalkan gaya kepemimpinan Aburizal Bakrie yang memperlakukan Partai Golkar seperti sebuah perusahaan, dengan tidak mengakomodasi kader muda untuk maju di dalam partai.
"Aburizal mengendalikan Golkar tidak sebagaimana tradisi memimpin sebuah organisasi, dia seperti mengelola perusahaan. Dia tidak mempertimbangkan keberadaan kader muda," kata Fahmi Idris di sela-sela konferensi pers penyelamatan Partai Golkar yang digelar kader Golkar lintas generasi di Jakarta, Selasa kemarin.
Fahmi mengatakan, Aburizal bahkan memasukkan orang yang tidak dikenal ke dalam Partai Golkar, meski orang itu tidak mengikuti jenjang kaderisasi yang ditetapkan. "Contohnya Rizal Mallarangeng, dia tidak pernah ada di Golkar. Tiba-tiba lompat ke Golkar. Buruk sekali," tegas Fahmi Idris.
Oleh karena itu, kata Fahmi, kader Golkar lintas generasi menyerukan kepada seluruh kader Golkar untuk berjuang mengembalikan Golkar di jalur yang benar. Penyelamatan Partai Golkar dinilai harus diawali dengan menggelar Musyawarah Nasional kesembilan sesuai AD/ART, selambat-lambatnya 4 Oktober 2014.
(TB Ardi Januar)