Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

2 Anak Kuliah, Bintara Ini Andalkan Tusuk Sate

Rohmat , Jurnalis-Selasa, 07 Oktober 2014 |14:40 WIB
2 Anak Kuliah, Bintara Ini Andalkan Tusuk Sate
2 Anak Kuliah, Bintara Ini Andalkan Tusuk Sate
A
A
A

TABANAN - Beban hidup yang semakin berat terlebih menguliahkan dua anak membuat anggota Koramil 01 Kabupaten Tabanan, Bali Pelda Misbah M Noor berfikir keras bagaimana mencari tambahan penghasilan.

Idenya muncul, lantaran di Bali belum ada indusrtri rumahan pembuatan tusuk sate sehingga diputuskan menggeluti sebagai perajin tusuk sate sebagai bekal masa pensiunnya kelak. Bagi pria asal Tulungasgung Jawa Timur ini, tanggungjawab sebagai suami dan ayah dari tiga anak itu, kendati berat harus tetap dilakoni.

"Semua harus dijalani dengan penuh tanggungjawab, ya tetap enjoy saja," katanya dalam perbincangan Senin (6/10/2014).

Jika hanya mengandalkan gaji, tentu memiliki tiga anak, dua diantaranya duduk di bangku kuliah, tidaklah cukup. Beruntung, karena tuntutan ekonomi itulah, ide kreatifnya muncul.

Tepatnya awal tahun 2014, pria kelahiran  15 September 1964 itu, ditawari untuk memasarkan tusuk sate di sekitar Tabanan. Selama ini, pasokan tusuk sate ayam maupun kambing didatangkan dari Malang.
Mulailah, Misbah belajar bagaimana membuat tusuk sate skala industri rumahan. Lantaran tidak pernah membuat tusuk sate, diapun belajar di Malang memanfaatkan masa cuti tugas.

Selain melatih ketrampilannya dalam membuat tusuk sate, juga untuk mengoperasionalkan alat mesin produksi tusuk sate.

Dengan modal terbatas, dibelilah alat produksi tusuk sate yang berbahan baku bambu ori. Jenis bambu ori dipilih untuk menghasilkan kualitas tusuk sate yang berwarna putih dan kencang. Pria yang selama 13 tahun menjadi guru pelatih bidang jasmani di Akademi Militer (Akmil) Magelang itu, dapat membagi waktu dengan baik.

Kapan saatnya tugas kedinasan kapan waktunya bekerja mencari tambahan penghasilan yang halal. Kedisiplinan yang ditanamkan sebagai prajurit di institusi TNI senantiasa dipegangnya sehingga, semua tugasnya dijalankan dengan baik.

Biasanya waktu dipilih setelah pulang kantor sekira pukul 16.00 Wita hingga pukul 21.00 Wita. Anak dan istrinya juga tak segan turut membantu bisnis rumahan Misbah.

Dalam sehari setidaknya Misbah mampu baru memproduksi tusuk sate sebanyak 10 sampai 15 kilogram. Hanya saja, jumlah itu belum mampu memenuhi kebutuhan tusuk sate di Bali sehingga masih banyak mendatangkan dari Malang.

Untuk harga tusuk sate perkilogramnya, sebesar Rp13 ribu untuk tusuk sate kambing dan Rp14 ribu untuk tusuk sate ayam. Sampai saat ini, alumni Sekolah Calon BIntara (SECABA) Batalyon 310/Sukabumi itu, belum mampu memenuhi permintaan tusuk sate di Tabanan yang terus meningkat.

"Nanti setahun lebih, setelah saya benar-benar pensiun, saya akan geluti bisnis rumahan ini, untuk bisa menyambung hidup menghidupi keluarga," tuturnya.

Menjadi perajin tusuk sate, memberikan peluang bisnis yang menjanjikan bagi Misbah dan keluarganya. Yang pasti, dia tidak akan mengalami post power syndrome atau kebingungan lagi selepas menjadi purnawirawan kembali ke masyarakat sipil.

(Ahmad Dani)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement