JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) diharapkan tidak perlu panik dan terpancing terkait pesan SMS berantai yang mengatasnamakan kelompok radikal radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin mengatakan, Jokowi harus menanggapi teror tersebut dengan santai dan tak perlu takut atau parno (paranoid) sehingga menjadi terpancing.
Namun dengan beredarnya pesan berantai tersebut, pihak Badan Intelejen Negara (BIN) dan Polri tidak santau atas teror tersebut. Dua lembaga tersebut harus mencari pelaku yang mengatasnamakan ISIS tersebut.
"Pak Jokowi tak perlu panik dan paranoid, tapi harus tetap waspada dengan melakukan penyelidikan," ujar Tubagus kepada Okezone di Jakarta, Sabtu (21/3/2015).
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Pejuangan (PDIP) tersebut juga menyakinkan bahwa teror yang ditujukan ke mantan Gubernur DKI Jakarta, bukan berasal dari ISIS melainkan hanya oknum yang iseng saja. "Saya pun tak yakin itu ISIS," tegasnya.
Seperti diketahui, beredar SMS teror yang ditujukan kepada Presiden Jokowi, Jaksa Agung, dan Polri yang mengatasnamakan kelompok militan ISIS. Menanggapi teror tersebut, Wakapolri Komjen Pol Badrodin Haiti langsung merespons dengan memburu pelaku.
Dan berikut ini isi pesan berantai yang memuat ancaman terhadap Presiden Jokowi:
"Semua Kepolisian mau kami habisi. Tinggal tunggu waktu. Kami anggota ISIS sudah sakit hati… juga Jokowi harus mati.
Kami tidak main2. Kami ISIS, akan menghancurkan Polri, Jaksa Agung, dan Presiden kurus. Telah memvonis bahwa narkoba perusak generasi, padahal narkoba ini membuat orang bersemangat, kalau orang mau mati ya mati dong bukan narkobanya. Juga ISIS, kami telah dijelek2an bahwa kami pemberontak, tapi kami hanya merekrut untuk bekerja sama, toh mereka kami gaji. Seolah2 kalian paling benar. Liat tuh pengeruk uang rakyat, kok nyantai aja.
Kami telah instruksi anggota kami untuk bersiap2 menghancurkan kalian. Kami dari Lampung Timur, markas kami di Sumur Kucing Lampung Timur."
(Randy Wirayudha)