Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Ironi Korban Westerling di Masa Perundingan Linggarjati

Randy Wirayudha , Jurnalis-Rabu, 25 Maret 2015 |08:00 WIB
Ironi Korban Westerling di Masa Perundingan Linggarjati
Pembantaian Westerling (Foto: Wikipedia)
A
A
A

“Awalnya ada lima janda yang melapor ke kami dan kami bantu untuk gugatannya. Sekarang, di data kami ada 60 keluarga korban. Untuk prosesnya, nanti pengadilan Belanda akan menunjuk satu orang untuk ke Sulawesi dan melakukan penyelidikan kembali,” ungkap Jeffry dihubungi Okezone.

“Belanda juga sebelumnya masih menganggap kasus Westerling ini sudah kedaluarsa. Oleh karena itu, para janda dan anak korban juga harus bisa membuktikan, bahwa dulu Ayahnya dieksekusi (pasukan Westerling),” tambahnya.

“Tapi sebetulnya itu tidak perlu, karena saya yakin pemerintah Belanda punya arsipnya semua. Cuma, mereka enggak mau membukanya. Mereka pasti tahu apa yang terjadi di masa aksi polisional mereka,” lanjut Jeffry.

Di satu sisi, ironi lainnya mengemuka lantaran di masa itu era 47an, berarti Belanda seolah membantai rakyatnya sendiri. Pasalnya, hingga kini pun Belanda masih mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949, bukan Proklamasi 17 Agustus ’45.

“Kalau mereka mengakui kita merdeka pada Desember ’49, berarti mereka bantai warganya (Hindia-Belanda) sendiri. Insiden yang terjadi pun berarti perang saudara,” sambungnya.

(Randy Wirayudha)

Halaman:
Lihat Semua
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Banner
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement