Tapi yang terjadi kemudian sungguh unik. Letkol Soeharto yang mulai merasa ada keganjilan, ketika Soedarsono kemudian mengatakan mendapat perintah dari Panglima Soedirman, untuk bersama Soeharto menghadap ke Istana Presiden.
“Wah, keterlaluan panglima saya ini, dikira saya tidak tahu persoalannya. Saya mau diapusi (dibohongi). Tidak ada jalan lain selain balas ngapusi dia. Malam itu juga saya beri info ke istana, apa yang sedang terjadi. Saya persilakan (Soekarno) menangkap sendiri Mayjen Soedarsono,” ungkap Soeharto lagi.
Pada 3 Juli sembari ingin memberikan maklumat, Soedarsono justru ditangkap dan peristiwa itu pun dikenal sebagai “Peristiwa Kudeta 3 Juli ‘46”.
Sementara itu, Sjahrir sendiri sedianya sudah bebas dan sebelumnya pada 1 juli, datang ke Istana Presiden. Pelukan erat Soekarno menyambut Sjahrir sembari berkata:
“Biar dunia internasional tahu, bahwa Republik Indonesia masih mempunyai pemuda. Pemuda yang memiliki tanggung jawab tak hanya di garis depan, namun juga di belakang. Republik masih mempunyai seorang Perdana Menteri,”.
(Randy Wirayudha)