Diskusi semakin seru ketika sesi tanya jawab berlangsung. Alissa Wahid sebagai koordinator Gusdurian menambahkan, Islam Nusantara itu ya seperti yang dicerminkan oleh para pendiri NU. Kiai-kiai memilih lima nilai meliputi tawasuth (moderat), tawazun (netral), ta’adul (keseimbangan), tasamuh (toleran), serta amar makruf nahi mungkar”.
Seorang penanya mengusulkan agar definisi Islam Nusantara dipatenkan dan dimasukkan ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
“Karena, kini banyak masjid yang ‘non-Nusantara’ yaitu tidak ada kotak amal berjalan, juga tanpa kentongan dan beduk padahal ini dicetuskan oleh para Wali Songo dengan penuh filosofi,” ungkap pria berkacamata itu.
Acara ini diawali dan ditutup dengan monolog Abdullah Wong. Budayawan asal Brebes ini membawakan cerita Pak Munajat yang berbakti kepada almarhum orangtuanya dengan membacakan Yasin-tahlil, dan Pak Imam yang sering membid’ahkan bahkan mengafirkan orang lain. Ia juga membacakan fragmen novel terbarunya ‘Mata Penakluk: Manakib Abdurrahman Wahid’ yang membuat hadirin terpukau.
Sebagaimana diketahui, Nahdlatul Ulama akan menggelar Muktamar yang ke-33 di Jombang pada 1-5 Agustus 2015. Tema yang diangkat ialah ‘Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia’, sebagai salah satu upaya menolak ISIS dan paham radikalisme di negeri ini.
(Carolina Christina)