SEMARANG - Budayawan Emha Ainun Nadjib didaulat menggelar pertunjukkan seni musik Kyai Kanjeng di halaman Balai Kota Semarang, Jawa Tengah. Emha yang akrab disapa Cak Nun ini berhasil mengocok perut seribuan pengunjung yang menyemut di depan panggung lewat banyolan-banyolannya yang jenaka dan menghipnotis mereka lewat gelaran musik gamelan khas Jawa.
Lazimnya seorang budayawan, Cak Nun membuka pertunjukkannya dengan mengurai panjang lebar arti menjadi Orang Jawa. Menurut Cak Nun, dewasa ini Orang Jawa terutama yang muslim sudah tidak mampu membedakan antara ajaran islam dan budaya arab.
"Sekarang yang terjadi Orang Jawa gampang jadi Wong Arab," kata Cak Nun dalam pentas bertajuk Dialog Budaya bersama Emha Ainun Nadjib, Kyai Kanjeng, dan Noe Letto di Balai Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (14/4/2015) malam.
Cak Nun dan Kyai Kanjeng memulai pagelaran berpesan dakwannya pada pukul 21.00 WIB. Ketika pagelarannya dimulai, lebih dari seribu pengunjung sudah berjubel, bahkan persis sampai di paling depan muka panggung. Padahal, sebelumnya hujan lebat mengguyur Kota Semarang dari pukul 17.00 WIB hingga menjelang Isya.
Di depan seribuan pengunjung, pria yang dijuluki Kyai Mbeling ini menyatakan harus ada ritual ruwatan bagi muslim Jawa yang berperilaku kearab-araban. "Jadi perlu ada ruwatan. Karena bahaya kalau Arab sama Islam tidak dibedakkan. Jadi Nabi Adam Orang Arab. Nabi-nabi harus Orang Arab. Gusti Allah Wong Arab. Iblis Wong Jawa," ungkap Cak Nun yang segera disambut gelak tertawa para pengunjung yang hadir.
Menurut Cak Nun, menjadi Orang Jawa harus mengerti ilmu kathon (terlihat) dan ilmu rungon (mendengar). Maksudnya, menjadi Jawa harus bisa melihat perbedaan antara Islam dan Arab. "Jadi Islam sama Arab itu ada bedanya. Jadi gula dengan legi (manis) ada bedanya. Biru dengan langit itu ada bedanya," terang Cak Nun.