Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Aktivis '98: Reformasi Telah Mati

Antara , Jurnalis-Selasa, 19 Mei 2015 |10:56 WIB
Aktivis '98: Reformasi Telah Mati
Ilustrasi Demo Mahasiswa (Dok: Okezone)
A
A
A

BANDARLAMPUNG - Juru bicara Jaringan Aktivis '98 Lampung, Ricky Tamba menyatakan reformasi kini telah mati dan hanya mewarisi kebebasan yang bersifat semu.

"Reformasi telah mati, yang diwariskan tinggal kebebasan semu yang ternyata tidak mampu mengangkat hajat hidup rakyat banyak," ujar Ricky melalui pernyataan tertulisnya, di Bandarlampung, Selasa (19/5/2015).

Ricky menuturkan, 17 tahun reformasi telah melahirkan kebebasan, tetapi gagal menuntaskan agenda perjuangan terpenting menyangkut kesejahteraan rakyat, seperti penyediaan kebutuhan pokok murah maupun pemenuhan pendidikan, dan kesehatan dasar bagi seluruh warga negeri ini.

Selain itu, musuh utama perjuangan Gerakan Reformasi 1998 yakni korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), kini justru semakin merajalela. Ia juga menjelaskan, lebih dari 300 kepala daerah dan tiga ribuan anggota legislatif tersangkut kasus korupsi, dan kini ditiru banyak kepala desa yang juga korup, kondisi ini sangat memprihatinkan.

"Harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi karena diserahkan ke mekanisme pasar, pendidikan dan kesehatan kunci peningkatan kemakmuran rakyat jadi komoditas mahal, produksi usaha rakyat seperti pertanian sangat dikendalikan mafia dan tengkulak," tegas Ricky.

Dia menambahkan, angka pengangguran dan kriminalitas pun meningkat hingga pedesaan. Ricky menegaskan, matinya reformasi disebabkan oleh dua hal pokok, yakni agresi neoliberalisme dan 'ngawurisme' yang menjangkiti mayoritas elite dan aktivis 1998 yang rela menjadi agen penjual bangsa.

"Bagaimana Indonesia akan maju kalau sumber daya potensial telah diserahkan kepada pihak asing melalui liberalisasi ekonomi-politik lewat amandemen UUD 1945 dan penerapan banyak undang-undang yang melegalisasi agresi kapitalisme internasional hingga pelosok daerah," terang Ricky.

"Bagaimana reformasi mau berhasil kalau mayoritas elite dan aktivis 1998 terjangkit 'ngawurisme', rela menjadi agen penjual bangsa, cuek dan masa bodoh terhadap nasib mayoritas rakyat miskin, hanya memikirkan perutnya sendiri," sambungnya.

Ricky berharap, pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK) harus tegas berpihak kepada kepentingan rakyat sesuai nawacita, dan berani melawan berbagai kepentingan yang akan menghancurkan Indonesia.

(Fiddy Anggriawan )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement