Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Soekitman, Perwira Polisi Rendahan di Tengah Peristiwa Besar

Randy Wirayudha , Jurnalis-Rabu, 01 Juli 2015 |07:35 WIB
Soekitman, Perwira Polisi Rendahan di Tengah Peristiwa Besar
Agen Polisi Tingkat II Soekitman (Foto: Wikipedia)
A
A
A

MEMPERINGATI HUT Bhayangkara 1 Juli, tidak melulu mesti mengenang para perwira tinggi polisi yang sering “didewakan” macam Kapolri pertama Jenderal Raden Said Soekanto, atau Jenderal Polisi Hoegeng Imam Santoso.

Dalam sejarah bangsa yang pernah mencatat tragedi besar pada 1965, tersebutlah seorang perwira rendahan polisi Soekitman yang mencuat namanya. Bukan karena membongkar suatu kasus korupsi.

Melainkan lantaran dialah yang memandu RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat) untuk menemukan lokasi sumur penimbunan para jenderal yang dibantai para oknum Partai Komunis Indonesia beserta simpatisannya, di Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Gerakan 30 September (G30S) 1965 jadi satu catatan sejarah kelam republik ini. Sejumlah pejabat teras TNI AD jadi korban keganasan Politbiro PKI, baik di Jakarta maupun Yogyakarta.

Dikutip dari buku ‘Kesaksian Sukitman, Penemu Sumur Lubang Buaya’, Agen Polisi II itu sedianya tengah mendapat tugas dengan rekannya, Agen Polisi II Sutarno, di pos jaga Iskandarsyah, dekat kediaman Brigjen Donald Isaac Pandjaitan – yang juga jadi korban pembunuhan PKI, di malam 30 September 1965.

Ketika mendengar tembakan dari arah kediaman DI. Pandjaitan di pagi buta 1 Oktober, segera Sukitman meninggalkan rekannya yang tetap di pos jaga, untuk mendatangi suara tembakan. Tapi di tengah kayuhan sepeda kumbangnya, Sukitman diberhentikan simpatisan Pemuda Rakyat.

Soekitman ikut diculik ke Lubang Buaya dan sempat disiksa. Soekitman juga jadi saksi ketika para jenderal dimasukkan ke sebuah lubang galian nan sempit. Karena takut ikut dibunuh, Soekitman pura-pura mati hingga akhirnya ketika penjagaan terhadapnya lengah, Soekitman melarikan diri.

Segera Soekitman melapor ke markas RPKAD pada 3 Oktotber dan dipertemukan dengan Kolonel Sarwo Edi Wibowo. Soekitman diminta membuat denah tempat pembuangan mayat para jenderal, untuk dijadikan petunjuk pasukan RPKAD menggerbek lokasi tersebut.

Saat menjadi pemandu dengan dibawa Mayor CI Santoso dan ajudan Letjen Ahmad Yani, Kapten CPM Subarti, Soekitman nyaris tak bisa menemukan lubang yang dimaksud, lantaran tertimbun sampah. Beruntung, lubang tersebut bisa ditemukan.

Karier Soekitman memang sedianya tak punya catatan cemerlang, tapi perannya sebagai saksi hidup peristiwa G30S hingga bisa jadi penuntut ditemukannya para jenderal itu, namanya mencuat.

Polisi kelahiran Pelabuhan Ratu, Jawa Barat pada 30 Maret 1943 itu setidaknya mendapati penghormatan di hari terakhirnya.

Soekitman yang wafat di usia 64 tahun di Rumah Sakit Bakti Yudha Depok pada 13 Agustus 2007, dihormati dengan upacara kemiliteran ketika disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta.

(Randy Wirayudha)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement