Pasukan TNI yang sudah tahu tempat bersembunyi Musso, langsung memberondong kamar mandi itu. Musso pun tumbang, sekarang tapi belum tewas. Tubuhnya dibawa dengan menggunakan drag bar atau tangga bambu untuk menggotong tubuh Musso.
“Di tengah drag bar itu patah dan akhirnya Musso digeret saja. Kemungkinan besar dia baru meninggal pas di perjalanan untuk dibawa dari Desa Semanding ke alun-alun Kabupaten P0norogo,” sebut penggiat sejarah Wahyu Bowo Laksono kepada Okezone.
“Di sana (alun-alun) dilakukan observasi dan pemotretan untuk meyakinkan kembali kalau (jenazah) itu benar-benar Musso. Sekaligus dipertontonkan ke khalayak ramai,” tambahnya.
Setelah dipamerkan ke rakyat sekitar, jasad Musso diputuskan tidak dikuburkan, melainkan dibakar dan abunya dibiarkan berserakan di alun-alun.
“Karena kalau dimakamkan, kalau makamnya diketahui, maka bisa jadi simbol untuk dipuja-puja pendukungnya kelak. Kenapa dibakar? Karena pada saat itu diyakini banuak gembong PKI (yang masih hidup) punya ilmu kanuragan dan salah satu cara memusnahkannya ya dibakar,” tandas Wahyu.
(Randy Wirayudha)