Dia menyebut faktor lingkungan keluarga juga mempengaruhi seseorang menganut radikal. Dari lingkup keluarga menyebar ke masyarakat, hingga menular ke negara.
Untuk itu, kata dia, masyarakat dunia tidak boleh hanya berdiam diri dan pasrah dengan permasalahan radikalisme ini. Penyebaran paham radikalisme tersebut sebagai tantangan yang harus dihadapi dan dilihat secara kritis. Karena masuknya radikalisme itu bukan hanya berkaitan dengan agama, atau khususnya Islam, melainkan juga berhubungan dengan politik dan ekonomi dalam suatu negara.
"Untuk itu dibutuhkan adanya pengaruh kebudayaan untuk menangani penyebaran radikalisme ini, khususnya di ASEAN. Revolusi yang dilakukan dengan pendekatan kebudayaan, diharapkan mampu menekan penyebaran radikalisme," katanya.
Selain itu, dibutuhkan pula interaksi yang erat antar negara ASEAN untuk menangani penyebaran paham radikalisme ini. Karena pada dasarnya, ASEAN merupakan sebuah organisasi yang tak terpisah diantara negara-negara ASEAN.
(Awaludin)