Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Operatie Kraai: Gagak van Oranje Menyambar Jantung Republik

Randy Wirayudha , Jurnalis-Sabtu, 19 Desember 2015 |08:33 WIB
<i>Operatie Kraai</i>: Gagak <i>van Oranje</i> Menyambar Jantung Republik
Ilustrasi tentara Belanda. (Foto: Okezone)
A
A
A

Hanya dalam waktu singkat tak sampai sehari, Yogya berhasil dikuasai. Pada tengah hari, dua pemimpin RI, Soekarno dan Mohammad Hatta ditahan dan kemudian “dibuang” ke Sumatera (Bangka dan Brastagi). Hanya pimpinan TNI, Jenderal Soedirman yang gagal ditangkap Belanda.

Akan tetapi, pasukan Belanda diingatkan agar tidak menjadikan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, sebagai bidikan gempuran. Alasannya, salah satu keluarga Kerajaan Belanda, Putri (kelak Ratu) Juliana, masih ingin menghargai Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai bekas kawan satu sekolahnya.

“Keraton diperingatkan tidak boleh dirusak. Tidak boleh dikuasai karena untuk menghargai Sultan (HB IX) Yogya,” cetus penggiat sejarah, Wahyu Bowo Laksono kepada Okezone.

Operatie Kraai terbilang sukses besar. Pimpinan operasi, Letjen Simon Hendrik Spoor yang juga Panglima KNIL (Koninklijke Nederlands Indisch Leger) atau Tentara Kerajaan Hindia-Belanda, tersenyum lebar saat meletakkan bendera-bendera kecil merah putih biru di petanya, sebagai penanda daerah-daerah yang ditaklukkan.

“Operatie Kraai berhasil secara militer. Yogya berhasil kita kuasai dalam waktu sehari. Benar-benar Burung Gagak yang gagah karena berhasil menyambar dalam sekali pukul. Soekarno, Hatta sudah kita tangkap,” seru Spoor, sebagiamana dikutip buku ‘693 KM: Jejak Gerilya Sudirman”.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement