Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Operatie Kraai: Gagak van Oranje Menyambar Jantung Republik

Randy Wirayudha , Jurnalis-Sabtu, 19 Desember 2015 |08:33 WIB
<i>Operatie Kraai</i>: Gagak <i>van Oranje</i> Menyambar Jantung Republik
Ilustrasi tentara Belanda. (Foto: Okezone)
A
A
A

Tapi sayangnya, Operatie Kraai secara politis malah seolah jadi bumerang buat Belanda sendiri. Maksud Spoor melancarkan serangan jelang Hari Natal demi tak mendapat perhatian dunia ternyata tak kesampaian. Kabar tentang serangan ke ibu kota republik bahkan sudah terdengar di Paris, sebelum operasi mereka rampung.

“Pada Agresi Militer II itu, harapannya Belanda adalah ketika Yogya dikuasai, pimpinan republik ditawan, maka republik akan tamat ceritanya. Ternyata dugaan Spoor salah. Pak Dirman tidak tertangkap. Republik juga mendirikan PDRI di Sumbar. Kemudian posisi Belanda jadi terpojok di dunia internasional,” sambung Wahyu.

Posisi Indonesia justru kian menguat dan Belanda, terus kian terpojok ketika para kombatan republik menggelar ofensif balasan, Serangan Oemoem 1 Maret pada 1949 yang menunjukkan pada dunia, bahwa TNI sebagai perangkat militer republik belum habis.

Meski hanya merebut Yogya lagi selama enam jam, tapi itu sudah cukup untuk dunia memaksa Belanda kembali duduk ke meja perundingan. Perjanjian Roem-Roijen kemudian tercapai dan 29 Juni 1949, Yogya kembali ke pangkuan ibu pertiwi.

(Silviana Dharma)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement