Sejak saat itu Uzi digunakan oleh berbagai divisi pasukan militer sebagai senjata pertahanan diri ketika di lapangan untuk pasukan artileri, kru kendaraan lapis baja, dan para perwira. Bahkan, Uzi juga digunakan sebagai senjata utama di garis depan oleh pasukan serbu elite untuk divisi light infantry.
Secara umum, Uzi memang senjata api yang dapat diandalkan untuk digunakan oleh militer. Namun, senapan mesin ringan ini dilaporkan sempat mengalami permasalahan ketika digunakan di wilayah yang banyak terdapat pasir serta debu dengan kondisi ekstrem.
Permasalahan tersebut terbukti pada Perang Yom Kippur. Ketika pasukan IDF mulai memasuki wilayah Terusan Suez, Uzi yang digunakan oleh berbagai unit di pasukan tersebut mengalami permasalahan.
Namun dalam kondisi yang normal, senapan mesin ringan ini memang cukup efektif digunakan oleh para infanteri yang membutuhkan senjata api dengan laras pendek. Hal itu seperti para tentara yang mengoperasikan berbagai kendaraan lapis baja, tentara yang bertugas menyerang bunker, serta para tentara yang beroperasi di ruangan-ruangan sempit.
Akibat ukurannya yang kecil, Uzi hanya memiliki jarak tembak serta akurasi yang tidak terlalu tinggi. Diperkirakan jarak maksimal Uzi dapat tepat mengenai target adalah 50 meter (dalam pengaturan otomotis). Namun dalam pengaturan nonotomatis atau semiotomatis, timah panas dalam senjata ini memiliki jarak maksimal sejauh 200 meter.
Tapi, tetap saja senjata ini terasa cukup efektif hingga digunakan oleh lebih dari 90 negara untuk para infanteri militer mereka ataupun digunakan untuk para penegak hukum di perkotaan.