INDRAMAYU - Seorang pengemis kecil asal Desa Badak, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Sutanjan (10), rela putus sekolah demi membantu dan mendampingi bapak dan ibunya mengumpulkan uang receh di sudut lampu merah.
Ia dan kedua orangtuanya biasa mangkal di simpang tiga lampu merah Indramayu. Ketika matahari baru terbit, ia dan kedua orangtuanya, yakni Nuryati dan Edi Pritanto sudah berada di sisi jalan lampu merah tersebut.
Sutanjan biasa mendampingi bapaknya yang menderita kebutaan di sisi kiri jalan, sedangkan ibunya tepat berada di sisi kanan jalan tersebut.
Ia memilih menjadi pengemis ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Pada saat itu, bapaknya sudah tidak bisa lagi bekerja sebagai sopir truk kontainer karena sakit.
"Setelah sakit, bapak buta dan tidak bisa lagi bekerja. Saya pun memilih berhenti sekolah sejak kelas 3 SD dan kami memilih menjadi pengemis," cerita Sutanjan.
Setiap harinya mulai mengemis pukul 07.00 18.00 WIB, ia dan kedua orangtuanya pun rela tidur di masjid terdekat dan pulang ke tempat tinggalnya setiap seminggu sekali. Setiap hari, ia bisa mendapatkan Rp100 ribu hingga Rp200 ribu.
(Abu Sahma Pane)