Data dari badan pengungsi PBB, UNHCR mencatat sekira 250 ribu manusia perahu yang sebagian besar berasal dari Vietnam ditampung di Kamp Pengungsi Pulau Galang dari 1975 hingga 1996. Kamp Pengungsi yang sering juga disebut sebagai Kamp Sinam tersebut memiliki luas 16 kilometer persegi dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas sepoerti kantor administrasi, rumah sakit, sekolah, gereja, pemakaman, penjara, dan fasilitas lainnya.
Kehidupan disana berjalan lancar hingga jumlah pengungsi yang datang jauh melebihi perkiraan UNHCR. Keadaan bertambah buruk setelah negara-negara tujuan mulai menolak untuk menerima lebih banyak lagi pengungsi ke negara mereka.
Kondisi ini menyebabkan berbagai masalah dan kesulitan hidup di kamp pengungsian, sehingga UNHCR mulai menyeleksi siapa yang berhak dikategorikan sebagai pengungsi dan siapa yang merupakan imigran ekonomi.
Mereka yang tidak bisa dikategorikan sebagai pengungsi tidak dapat di repatriasi ke negara tujuan. Sebagian tetap tinggal di kamp pengungsi sedangkan sebagian lagi dipulangkan ke Vietnam.
Kehidupan Mengerikan
Selain masa depan yang tak pasti, kehidupan para pengungsi di Pulau Galang juga tidak mudah. Beberapa laporan menyebutkan betapa mengerikan kehidupan para pengungsi, terutama perempuan.
Banyak cerita menyebutkan terjadinya praktek-praktek bejat seperti penganiayaan, pemerkosaan, dan penyuapan yang dilakukan baik dari kalangan pengungsi sendiri maupun dari para penjaga setempat.
Keadaan ini juga menyebabkan sebagian pengungsi memilih untuk mengakhiri nyawa mereka dengan melakukan bunuh diri.