Puncaknya pada 1994, para pengungsi yang lelah menanti kepastian nasib melakukan mogok makan menuntut kejelasan bagi mereka. Sampai akhirnya pada September 1996, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menutup Kamp Pengungsi Pulau Galang setelah jumlah kematian disana mencapai jumlah yang tinggi.
Sejak 1975 sampai 1996 dilaporkan beberapa kematian tragis akibat bunuh diri dengan berbagai cara seperti membakar diri, menggantung diri, atau menggunakan pisau.
Salah satu kasus yang paling sering terdengar adalah kematian seorang gadis bernama Tinh Nham Loai yang melakukan bunuh diri karena tak sanggup menahan malu setelah diperkosa oleh tujuh orang pengungsi pada 1985. Untuk mengenang kejadian ini, sebuah monumen yang dinamakan patung kemanusiaan dibangun di Kamp Sinam.
Saat ini Kamp Pengungsi Pulau Galang telah menjadi tujuan wisata untuk mengenang para manusia perahu. Di tempat itu terdapat 503 makam pengungsi yang kehilangan nyawanya karena berbagai sebab, ratusan diantaranya akibat bunuh diri setelah tidak diakui sebagi pengungsi atau akan dipulangkan kembali ke negara asalnya.
Menurut cerita, kematian mereka membuat Kamp Pengungsi Pulau Galang menjadi tempat yang menyeramkan. Banyak orang mengaku melihat arwah para pengungsi yang meninggal disana, bahkan tidak sedikit pengunjung yang datang untuk meminta ilham, seperti nomor lotre atau berdoa demi keberuntungan.
(Rahman Asmardika)