"Lambas sudah ketembak. Daripada semua terluka, ya sudah kami menyerah saja. Jadilah kami berempat yang ditangkap. Karena posisi kami paling luar. Jadi diambil sama mereka, biar cepat," timpal Syamsir.
Dikawal lima pria bersenjata lengkap, mereka mengarungi lautan menyandang status baru, dari pekerja jadi tawanan. Dan selayaknya tawanan lain, mereka makan dan minum seadanya.
Setiap hari mereka diikat bersama, mengelilingi satu pohon. Sesekali mereka dilepas, untuk sekadar makan, minum sendiri dan buang hajat, serta menunaikan ibadah salat. Namun begitu, tangan tetap terikat.
"Kami makan seadanya. Tangan terikat, jadi cuma satu yang bisa dipakai. Kadang dua hari sekali baru bisa makan. Makanannya juga cuma kelapa kering atau sisa makanan mereka," sambung Lorens.