Sebagai navigator, Halim kala itu sudah dianggap sebagai salah satu navigator jempolan yang disegani. Disebutkan Agung, Halim sempat terlibat dalam 44 misi serangan udara membombardir Nazi Jerman, baik di wilayah Prancis maupun di wilayah Jerman sendiri dengan pesawat pembom Avro Lancaster dan B-24 Liberator.
“Sasaran utamanya ialah pusat-pusat industri Jerman. Serangan-serangan itu dilakukan pada siang dan malam hari. Pernah terjadi dalam perbangan kembali ke pangkalannya, skadronnya dicegat pesawat-pesawat Focke-Wulf. Terjadilah duel udara yang seru. Sekutu kehilangan tiga Pesawat B-17 (Flying Fortress) karena tembakan roket (pesawat) Jerman,” tandasnya.
Pasca-PD II, Halim yang pulang ke tanah air direkrut dengan tugas sebagai Perwira Operasi oleh Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) yang di era revolusi, masih dibangun Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) pertama, Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma.
Namun kontribusi dan pengabdian Halim terhadap AURI dan republik yang saat itu masih bayi, tak berlangsung lama.