Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Meugang, Tradisi Unik Warga Aceh Menyambut Ramadan

Salman Mardira , Jurnalis-Minggu, 05 Juni 2016 |10:16 WIB
<i>Meugang</i>, Tradisi Unik Warga Aceh Menyambut Ramadan
Penjual daging meugang di kawasan Beurawe, Banda Aceh, sedang melayani pembeli (foto Salman Mardira/Okezone)
A
A
A

JAKARTA – Masyarakat Aceh memiliki tradisi unik dalam menyambut bulan Ramadan. Namanya meugang atau makmeugang yaitu tradisi membeli daging, memasak, kemudian menyantapnya bersama keluarga. Tradisi unik ini dirayakan secara turun-temurun pada dua atau sehari menjelang masuknya bulan suci.

Pada pagi meugang seperti hari ini, warga berbondong-bondong menyerbu lapak-lapak penjual daging yang khusus pada hari itu tumbuh hampir di sejumlah lokasi. Ruas jalan kerap macet karena warga berkerumum di meja-meja penjual daging. Suasanan seperti ini terjadi di seantero Aceh.

Aktivitas perekonomian di pasar-pasar tradisional begitu hidup dengan warga yang berbalanja aneka kebutuhan pokok dan larut dalam kemeriahan meugang.

Sebaliknya, perkantoran sepi di hari meugang, begitu juga sekolah-sekolah diliburkan agar guru dan siswa bisa menikmati tradisi ini dengan keluarganya. Orang yang merantau biasanya juga mudik agar bisa berkumpul bersama keluarganya saat meugang, sekaligus menyambut Ramadan.

Ribuan sapi dan kerbau dipotong untuk menutupi tingginya permintaan daging hari meugang. Jauh sebelumnya, peternak lokal sudah menyiapkan hewan siap potong. Ternak yang sudah disembelih secara Islami pada dini hari, dagingnya langsung digantung di meja-meja penjual daging. Begitu matahari terbit, warga terus berdatangan ke lapak penjual. Daging sapi lokal jadi primadona ketimbang sapi impor, karena dagingnya lebih padat dan alami.

Tingginya permintaan di hari meugang membuat harga daging melambung gila-gilaan. Jika hari biasa harga daging Rp85-110 ribu per kilogram, saat meugang seperti tahun ini tembus Rp150-200 ribu per kilogram. Ini harga daging termahal di Indonesia.

Menurut pedagang, mahalnya harga daging saat meugang dipicu dari tingginya harga sapi atau kerbau lokal yang banyak dipotong saat meugang. Namun, harga mahal bukan persoalan bagi warga untuk tidak membeli daging saat meugang, karena tradisi ini sudah menyatu dalam kehidupan masyarakat Aceh.

Bagi masyarakat di Aceh, hari meugang tanpa membeli atau makan daging rasanya tak lengkap. Kaya miskin seakan wajib memilikinya. Orang kaya biasanya membeli daging dengan jumlah banyak kemudian menyumbangnya ke keluarga kurang mampu atau anak yatim di sekelilingnya. Bagi mampelai pria, akan jadi aib besar kalau meugang tak membeli daging untuk mertuanya. Sebaliknya akan menjadi kebanggaan keluarga jika ia membawa pulang kepala sapi atau kerbau.

“Kalau tidak membeli daging waktu meugang rasanya tidak sah masuk (bulan) puasa besok, walau pun enggak ada uang orang kadang rela utangan dulu yang penting keluarga bisa makan daging,” ujar Faisal (36) warga Ulim, Pidie Jaya, Aceh saat dihubungi Okezone, Minggu (5/6/2016).

Daging yang dibeli kemudian dimasak dengan aneka bumbu rempah-rempah khas Aceh. Selanjutnya, disantap bersama keluarga. Khusus hari ini, hingga sahur nanti, menu utama sebagai lauk nasi di rumah-rumah warga adalah masakan daging. Di beberapa daerah, seperti di pesisir barat selatan Aceh, warga menyantap daging bersama-sama di pantai.

Di kampung-kampung yang adatnya masih kuat, para orangtua akan melarang anaknya bermain ke rumah tetangga di hari meugang, karena mereka diwajibkan makan di rumah sendiri bersama keluarga.

Daging yang dimakan mengandung zat besi, protein, vitamin B kompleks, zink dan omega dipercaya bisa menambah tenaga dan fisik untuk berpuasa esok hari.

Meugang di Aceh bukan hanya diperingati menjelang bulan suci Ramadan saja. Tradisi ini juga selalu dilakoni sehari atau dua hari menjelang Idul Fitri atau Idul Adha. Namun, tradisi meugang menjelang puasa lebih meriah dibanding meugang Lebaran.

“Kalau dulu di kampung-kampung, jauh hari sebelum bulan puasa masyarakat sudah membersihkan halaman rumah dan mencari kayu bakar ke gunung untuk bahan bakar memasak hari meugang dan puasa,” kata Ketua Majelis Adat Aceh, Badruzzaman Ismail.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement