TERLEPAS sudah merebaknya paham feminisme di hampir seluruh penjuru dunia, tidak dapat dimungkiri bahwa perempuan pertama yang menjadi presiden selalu membawa daya tarik tersendiri bagi dunia internasional.
Tentu saja mereka terkenal karena kiprahnya yang ternyata memang tidak kalah dari kaum Adam. Di bawah pemerintahan mereka, negara menjadi lebih baik, lebih mendunia dan lebih bersaing. Setidaknya mereka menjadi inspirasi, disukai, bahkan disegani dan dianggap memiliki kontribusi lebih dalam di skala nasional maupun internasional.
Berikut ini Okezone mengulas Park Geun-hye dalam jajaran perempuan paling berpengaruh di dunia periode 2016 versi majalah Forbes.
Seperti halnya Megawati Soekarno Putri, Presiden Korea Selatan Park Geun-hye merupakan putri dari mantan presiden sebelumnya Park Chung-hee. Bedanya, ayah Megawati adalah presiden sekaligus pendiri negara yakni Bung Karno. Sementara ayah Chung-hee adalah diktator yang mendapat kekuasaannya melalui upaya kudeta.
Berdasarkan latar belakang tersebut, perempuan kelahiran Daegu, 2 Februari 1952, itu sudah lekat dengan dunia politik. Mengingat ayahnya sukses menduduki posisi orang nomor satu di Negeri Ginseng sejak ia berusia 11 tahun. Umur yang cukup bagi seorang anak untuk memahami apa yang terjadi pada dunia dan mengerti pekerjaan ayahnya.
Sepeninggal ibunya yang menjadi korban pembunuhan yang menyasar sang ayah, Geun-hye kala itu berusia 22 tahun dipercaya menggantikan ibunya berperan sebagai ibu negara. Karier politik mahasiswi lulusan teknik mesin tersebut berlanjut pada 1998 ketika dia ditunjuk menjadi wakil ketua Grand National Party (GNP).
Berselang enam tahun saja, dia sudah menapaki posisi sebagai ketua umum. Tiga tahun kemudian, yakni pada 2007, dia mengusung diri sebagai presiden. Namun gagal memenangi pemilu. Menengok catatan kepemimpinan ayahnya, banyak pihak khawatir dia akan bak buah jatuh tak jauh dari pohonnya.
Pencalonannya sebagai presiden menuai kontroversi. Para pengkritik memprediksi Geun-hye akan menjadi diktator dan membawa Korsel kembali ke masa pelanggaran HAM berat, dan perang yang lebih besar dengan Korea Utara. Akan tetapi, para pendukungnya percaya, Geun-hye justru sosok yang tepat untuk membawa perubahan ekonomi yang lebih baik dan membantu pemulihan hubungan antar-Korea.
Sebagaimana dilansir Biography, Selasa (7/6/2016), pemilu presiden 2012 akhirnya melahirkan putri ditaktor yang dianggap sebagai pemecah negara menjelma harapan bangsa. Perempuan yang memilih menikah dengan negaranya, alih-alih mencari pendamping hidup (seorang pria) itu mengalahkan Moon Jae-in (59), saingannya yang justru berlatar belakang pengacara HAM dan berideologi liberal.
Disumpah sebagai Presiden Korsel pada Februari 2013, Park Geun-hye tahun ini mendapat pengakuan atas pemerintahan era baru yang dijanjikannya. Dia pun dinobatkan sebagai pemimpin politik paling berpengaruh keempat, setelah Kanselir Jerman Angela Merkel, Kandidat Presiden Amerika Serikat Hillary Clinton, dan Ketua Federal Reserve AS Janet Yellen.
(Silviana Dharma)