Pagi itu, di bawah komando seorang pengumpul pajak yang tidak punya pengalaman perang sama sekali, ratusan pasukan dipukul mundur setelah mengibarkan bendera putih sorenya. Sedikitnya, 146 orang di bawah ancaman pedang digiring ke penjara buatan militer Inggris sendiri di Kolkata, yang bernama Lubang Hitam.
Ratusan tahanan dijejal di sel yang hanya seukuran 5 meter x 4 meter x 0,2 meter. Dimodali dua jendela kecil dan persediaan air super minim, berdesak-desakkan lah mereka semua di sana, termasuk dua orang perempuan dan pasukan yang terluka dan Howell sendiri. Saling sikut dan injak-injak tak terhindarkan, demi mengisi paru-paru mereka dengan udara dari jendela yang tersedia dan mendapat asupan dahaga.
Sementara para pasukan Inggris memohon-mohon belas kasih sipir penjara. Yang mereka dapat hanyalah tertawaan dan cemooh. Hingga paginya, tepat pukul enam, penjara dibuka. Alhasil setumpuk mayat menggunung di dalam penjara, menyisakan hanya 23 orang yang bertahan hidup.
“Itu adalah malam terhoror yang tidak bisa saya deskripsikan dengan kata-kata. Dan lagi memang mereka melarang kami untuk menceritakannya,” tutur Howell dalam bukunya, sebagaimana dilansir dari History Today, Senin (20/6/2016).