VATIKAN - Vatikan membalas pernyataan dari Turki pada Minggu, 26 Juni yang menyebut Paus Fransiskus sebagai seseorang yang memiliki mentalitas ksatria salib setelah pemimpin umat Katolik itu menggunakan kata genosida untuk menyebut peristiwa pembantaian warga Armenia pada masa Perang Dunia I.
“Paus tidak sedang melakukan perang salib. Dia tidak mencoba merencanakan sebuah peperangan atau mendirikan tembok tetapi dia ingin membangun sebuah jembatan,” kata juru bicara vatikan Bapa Federico Lombardi sebagaimana dilansir Reuters, Senin (27/6/2016).
“Dia tidak pernah mengatakan apa pun mengenai warga Turki,” lanjut Lombardi lagi.
Paus Fransiskus memicu kemarahan Pemerintah Turki setelah menggunakan kata genosida untuk menyebut pembantaian umat Kristen Armenia pada 1915 saat berpidato di depan presiden, pemerintah Armenia, dan para diplomat.
Wakil Perdana Menteri (PM) Turki Nurettin Canikli menyayangkan penggunaan kata itu oleh Paus. Dia menyebut tindakan tersebut memperlihatkan adanya sisa-sisa mentalitas tentara salib pada diri Paus dan tahta suci.
Tahun lalu, Turki menarik Duta Besar (Dubes)nya dari Vatikan setelah Paus Fransiskus menggunakan kata dalam sebuah acara peringatan di Vatikan.
Genosida warga Kristen Armenia memang merupakan isu sensitif bagi Pemerintah Turki. Meski mengakui adanya pembantaian oleh tentara Kekaisaran Ottoman terhadap warga Armenia di tengah Perang Dunia I, Turki menolak keras penyebutan genosida untuk menyebut peristiwa tersebut.
(Rahman Asmardika)