5. Blokade Jalur Gaza
Kali ini Peres mendapat kepercayaan menjadi duta besar Israel. Selama 10 tahun menyandang amanah tersebut, kebrutalan merajalela di Jalur Gaza. Sedikitnya tiga serangan besar membombardir jalur tersebut dan ujungnya adalah memblokir pasokan makanan dan kebutuhan hidup sehari-hari penduduk Palestina yang bergantung pada Jalur Gaza.
Dikritik keras oleh dunia, Peres dengan lantang membela negaranya di forum internasional. Menurutnya, Israel tidak akan menyerang sekeras itu jika Hamas (kelompok garis keras di Palestina) berhenti menembakkan roket ke pemukiman Yahudi Israel. Ketika anak-anak Palestina yang tengah bermain di pantai tewas diledakkan bom, Peres menyalahkan pemerintah Palestina yang tidak mengimbau warganya untuk menjauh dari lokasi yang sudah diperingatkan akan jadi sasaran bom.
Hingga akhir hayatnya, Peres menutupi semua dosa perangnya. Tidak seuntai kata maaf maupun penyesalan keluar dari mulutnya untuk semua operasi militernya di Timur Tengah. Baginya, Palestina adalah negara yang mencitrakan diri sendiri sebagai korban, padahal tidak.
Dia setuju dan sangat mendukung solusi dua negara, dengan syarat Israel tetap mampu mempertahankan mayoritas Yahudinya. Demikian juga Yerusalem seutuhnya harus jadi milik Israel, bukan untuk dibagi-bagi.
(Rifa Nadia Nurfuadah)