Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Bebas dari Ebola, Anak Yatim Sierra Leone Jual Diri Agar Bisa Makan

Silviana Dharma , Jurnalis-Selasa, 08 November 2016 |03:03 WIB
Bebas dari Ebola, Anak Yatim Sierra Leone Jual Diri Agar Bisa Makan
Ebola berlalu, krisis pangan melanda. (Foto: Olivia Acland/Street Child)
A
A
A

FREE TOWN – Wabah Ebola telah berlalu. Tepat pada 7 November, Sierra Leone merayakan tahun pertama kebebasan mereka dari wabah penyakit mematikan tersebut. Meski begitu, proses pemulihan menjadi tantangan utama pemerintah yang belum kunjung terselesaikan.

Banyak dari mereka, khususnya anak-anak yang menjadi yatim piatu karena orangtuanya meninggal akibat Ebola, harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Kebutuhan primer yang paling sulit bagi mereka ialah mencari makan.

“Kami bersusah payah sekarang untuk mendapat makanan. Kadang, kami terpaksa tidak makan selama dua sampai tiga hari. Untungnya ada pastor di gereja yang membantu,” terang Minisha Tunigy (18), perempuan Sierra Leone yang berharap bisa menjadi perawat. Demikian seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (8/11/2016).

Berdasarkan data yang dihimpun Street Child’s Research, sedikitnya 12 ribu anak telah menjadi yatim piatu di negara tersebut pascawabah Ebola. Dalam kondisi seperti itu, segala cara pun dilakukan untuk memuaskan kebutuhan bilologis yang satu itu. Para remaja perempuan bahkan rela menjual diri mereka demi menukarkannya dengan makanan dan minuman.

Dana Populasi PBB mencatat lebih dari 18 ribu perempuan muda hamil selama krisis Ebola. Sementara UNDP menyebut kehamilan remaja meningkat 65 persen di beberapa komunitas di Sierra Leone.

Ketika urusan perut terisi, masalah lain lagi muncul. Mereka menjadi hamil. Alhasil, ada tambahan mulut untuk diberi makan. Salah satu kisah memilukan itu dialami Tracey Obamwi.

Dulunya, Tracey adalah gadis yang ceria. Dia giat belajar untuk mencapai cita-citanya menjadi seorang polisi. Tetapi setelah Ebola menerjang desanya, kandas lah sudah semua mimpi dan asa itu. Orangtuanya tewas, meninggalkan dia bersama neneknya.

Ketika orangtuanya meninggal pada 2012, Tracey masih berumur 16 tahun. Dia diungsikan ke rumah pamannya agar tidak tertular virus tersebut. Akan tetapi, dia kemudian diberitahu bahwa seluruh keluarganya sudah meninggal.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement