NEW YORK - Sebuah resolusi yang diajukan kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta penyelidik khusus untuk memeriksa insiden jatuhnya pesawat yang menewaskan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Dag Hammarskjold pada 1961. Pesawat nahas itu jatuh di Zambia di tengah penerbangan misi diplomatik untuk menengahi gencatan senjata pada perang sipil Kongo.
Jatuhnya pesawat itu semula diduga akibat kelalaian pilot. Namun, bukti-bukti baru kemudian muncul yang menimbulkan kecurigaan adanya sabotase.
Resolusi PBB yang diajukan akan berusaha memaksa negara-negara untuk menyerahkan dokumen dan tangkapan komunikasi radio kepada penyelidik khusus yang mungkin akan menemukan kebenaran mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Demikian dilaporkan koresponden BBC, Rabu (7/12/2016).
Sekjen Dag Hammarskjold dan para stafnya terbang ke Ndola, sekarang wilayah Zambia, untuk bertemu dengan Moise Tshombe yang telah mendeklarasikan kemerdekaan di Provinsi kaya mineral Kongo, Katanga. Pesawat DC6 yang ditumpanginya jatuh di hutan dekat Ndola sesaat sebelum mendarat, menewaskan Dag dan 15 orang lainnya yang berada dalam pesawat.
Setidaknya tiga penyelidikan telah dilakukan untuk mengetahui penyebab jatuhnya pesawat, tetapi sampai saat ini hal itu belum pernah dijelaskan secara utuh. Penyelidikan ketiga dari PBB pada 1962 menghasilkan hipotesa yang terbuka tanpa mengesampingkan kemungkinan adanya sabotase.
Pada 2015 PBB kembali membentuk sebuah panel ahli independen untuk menyelidiki bukti-bukti baru dalam kasus itu. Berdasarkan laporan koresponden BBC, bukti-bukti baru tersebut berupa keterangan saksi mata mengenai adanya pria-pria berkulit putih yang mengendarai Land Rover di dekat lokasi jatuhnya pesawat.
Keterangan itu menimbulkan spekulasi adanya agen asing yang mungkin terlibat sebagai bagian dari rencana yang berhubungan dengan persaingan Perang Dingin dan kepentingan pertambangan dari Eropa.
(Rahman Asmardika)