WONOGIRI - Aksi kera ekor panjang yang seringkali mencuri pakaian dalam wanita mulai meresahkan warga di sekitar kawasan Gunung Gandul, Bauresan Kelurahan Giritirto, Wonogiri, Jawa Tengah.
Beberapa kali kawanan kera ini tertangkap tangan sedang menggondol pakain dalam wanita (celana dalam dan bra) yang sedang dijemur di halaman rumah warga. Kelakuan aneh monyet tersebut membuat warga marah, pasalnya, usai dibuat mainan oleh mereka, pakaian dalam itu ditinggal begitu saja di kebun warga.
"Jengkel sekaligus geli lihat ulah kera tersebut. {Wong} beberapa kali celana dan BH anak saya hilang dibawa monyet," terang Mbah Tiyem yang rumahnya sering kebobolan kawanan kera ekor panjang, Senin (26/12/2016).
Tak hanya mencuri pakaian dalam, kera ekor panjang ini pun gemar mencuri makanan dari dalam rumah warga. Para kera ini tergolong pintar. Meski rumah warga tertutup, para kera ini masuk lewat atap rumah dengan cara membuka genting.
"Kalau ketahuan genting bisa langsung diperbaiki. Kalau tidak ketahuan, ya, pas hujan jelas airnya masuk ke rumah. Karena gentingnya itu kan dalam posisi terbuka," ungkapnya.
Sementara itu Widi, salah satu aktivis pecinta lingkungan Wonogiri, menjelaskan kawanan kera ekor panjang terlihat seringkali turun gunung dan memasuki rumah warga yang kebetulan sedang kosong.
"Kawan kera ini sangat lihai membuka pintu rumah warga. Bahkan tak jarang kawanan monyet juga masuk melalui atap dengan membuka genting rumah," jelas Widi.
Biasanya, ucap Widi, mereka mengambil bahan makan yang ada di dapur warga. Ia menduga, kera-kera tersebut kehabisan bahan makanan di gunung dan nekat turun ke kampung mencari makanan.
"Apa yang ada di dapur langsung dimakan. Baik itu tempe, jagung, ataupun ketela dan juga beras," lanjut Widi.
Padahal sebelumnya kelompok pecinta alam yang dimotorinya sempat membuat lumbung pangan khusus kawanan kera di Gunung Gandul dengan menanam bibit buah-buahan.
Tujuannya, papar Widi, agar kawanan kera ini tidak turun ke perkampungan dan mengganggu rumah dan lahan pertanian warga. Sayangnya program tersebut tidak sepenuhnya berhasil.
"Banyak sekali tanaman yang mati, sehingga stok makanan kera liar itu tetap saja terbatas," pungkas Widi.
(Khafid Mardiyansyah)