Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Sejarah Antraks di Indonesia

Markus Yuwono , Jurnalis-Minggu, 22 Januari 2017 |04:00 WIB
Sejarah Antraks di Indonesia
A
A
A

YOGYAKARTA - Penyakit antraks yang beberapa hari terakhir menghebohkan Yogyakarta karena sudah menyebabkan 16 orang terkena antraks di Kulonprogo, ternyata memiliki sejarah panjang di Indonesia. 

Menurut Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof Ali Agus. Kasus antrax tidak hanya terjadi di Kulon Progo tetapi pernah pula dilaporkan kejadian serupa di beberapa tempat.

Antraks pertama kali di Indonesia ditemukan di Teluk Betung Propinsi Lampung pada tahun 1884. Pada tahun 1885 dilaporkan di Buleleng (Bali), Rawas (Palembang) dan Lampung. Pada tahun 1886, dilaporkan terjadi di daerah Banten Padang, Kalimantan Barat dan kalimantan Timur. 

Daerah endemik antraks di indonesia meliputi 11provinsi yaitu Jawa Barat. Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Barat, Jambi, Sumatera atan Lampung, Sulawesi Tenggara, dan Daerah khusus ibukota Jakarta. "Untuk kepentingan jangka panjang diperlukan ketebukaan dari para pihak demi kebaikan masyarakat," katanya di UGM, Sabtu (21/1/2017).

Keterbukaan informasi ini penting sebagai proses edukasi kepada masyarakat. Harapannya lebih paham dan menempatkan kewaspadaan sehingga tidak mudah panik.

Dijelakannya, pemerintah bisa melakuan upaya pencegahan dengan mencegah sirkulasi ternak baik mausk, dan keluar dari daerah endmik. "Jika diperlukan daerah tersebut dilakukan isolasi sampai batas waktu tertentu. Pun Pasarhewan terdekat mungkin perlu ditutup sementara," bebernya.

Ali berharap petugas dinas peternakan dan kesehatan hewan untuk melakukan patroli dalam rangka kontrol emunkinan sebaran antrak. Piaknya pun siap membantu pemerintah. Bagi peternak jika menemukan gejala yang aneh maka segera melaporkan ke dinas terkait. "Spora antraks dapat bertahan puluhan tahun, oleh karena itu dapat dikartan penyakit zoonosis yang laten karena sewaktu-waktu bisa muncul jika penanganan tidak tuntas," ulasnya. 

Ketua Departeman kesehatan masyarakan Veteriner, Fakultas kedokteran Hewan UGM drh Heru Susteya menambahkan, hewan dengan indikasi antraks menjadi perhatian serius. Adapun hewan yang terserang antraks ditandai dengan demam yang tinggi. sakit luar biasa pada bagian pinggang; Kepala dibentukan atau diputar-putarkan dan dalam waktu 10-36 jam akan mati dengan tanda-tanda keluar darah hitam diseluruh lubang.

"Hewan yang dicurigai menderita antraks tidak boleh dibedah bangkai, dan daging tidak boleh dikonsumsi," terangnya. (sym)

(Erha Aprili Ramadhoni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement