YOGYAKARTA – Memiliki anak adalah impian sebagian besar orang, tak terkecuali Eliyanto (23). Warga Dusun Salam, Temuwuh, Dlingo itu sudah memperistri Puji Lestari (20), perempuan asal Semoyo, Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta. Namun, impian itu sementara harus dikubur Eliyanto dengan perasaan duka yang mendalam.
Jumat 27 Januari 2017 sekira pukul 23.00 WIB, pasangan ini melewati dinginnya malam menyusuri jalan berbatuan menuju Puskesmas Dlingo I yang berjarak kurang lebih 1 km dari rumahnya di Dusun Salam, Temuwuh, menggunakan sepeda motor. Alasan mereka ke puskesmas karena Puji mulai mulas-mulas, tanda akan melahirkan.
Setelah diperiksa, pasangan itu disuruh kembali lagi ke rumahnya karena dianggap baru akan melahirkan esok hari. Keduanya lantas pulang ke rumah dengan menyusuri jalanan terjal. Sabtu 28 Januari sekira pukul 02.00 WIB, Puji lestari kembali merasakan kontraksi. Tanpa berpikir panjang, Eliyanto menghidupkan motornya kembali menuju ke puskesmas. Sampai di sana, Puji diperiksa petugas jaga. Setelah diperiksa, pihak puskesmas mengaku tak sanggup menangani dan merujuknya ke RS Nur Hidayah.
Mirisnya, Eli yang bekerja sebagai buruh serabutan itu mengaku tidak ditawari ambulans. Pagi buta ia hanya mendapatkan mobil pikap untuk mengangkut sang istri. Karena tak kuat duduk di bangku depan, Puji tidur di bak belakang di tengah gerimis. Mereka melewati jalan naik-turun di tengah hutan.
"Saat itu gerimis, tetapi istri saya tidak kuat, di tengah jalan karena hujan terpaksa berteduh," cerita Eliyanto, Selasa (31/1/2017).
Mereka pun akhirnya sampai di rumah sakit sekira pukul 04.30 WIB. Kandungan Puji Lestari diperiksa dengan USG (ultrasonografi). Saat itulah, ia diberi tahu bahwa detak jantung bayinya sudah tidak ada. Mendengar itu, Eliyanto langsung lemas. Ia pun langsung meminta kepada pihak rumah sakit untuk mengeluarkan bayinya dari kandungan Puji, terlebih setelah istrinya mengalami sakit yang luar biasa.