“Jalan Malioboro itu filosofinya dari Wali dan Obor. Wali itu Wali Songo, Obor itu bara atau cahaya api. Manusia yang hendak menuju keutamaan, harus meneladani Wali Songo,” terang Erwin kepada Okezone.
Kalau sudah belajar dari para wali, perjalanan manusia di jalan yang lurus disambungkan dengan Jalan Margo Mulyo. Fase perjalanan di mana manusia sudah mulia dan siap mencapai Tuhan Yang Maha Kuasa yang kemudian diteruskan ke Jalan Pangurakan.
“Ini (Jalan Pangurakan) simbolnya manusia yang sudah mencapai kemuliaan, tidak boleh lagi urak-urakan atau sembarangan karena sudah siap mencapai Tuhan,” imbuh aktivis sejarah yang juga mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut.
Kalau sudah bisa meninggalkan semua gaya hidup yang urak-urakan, barulah manusia siap menghadapi kematian. Titiknya ada di Alun-Alun Utara Keraton Yogya di ujung Jalan Pangurakan.