Lokasi eksekusi mengambil tempat di pangkalan militer di Smolensk, yang juga masuk kedaulatan USSR saat itu. Mereka mendengar kabar kalau pria berkumis tebal secuplik di bawah hidung itu dijadwalkan terbang dari Vinnitsa, Uni Soviet, pulang menuju Rastenburg, Jerman.
Tresckow cs mengatur siasat untuk menewaskannya di Smolensk. Timnya mengganti kotak berisi hadiah minuman keras dari pejabat setempat dengan bom. Diperkirakan bom waktu itu akan meledak tepat ketika Hitler melintas di langit Minsk. Namun entah mengapa, bom tersebut rusak sehingga tidak pernah meledak seperti yang diharapkan. The Fuhrer tiba di Rastenburg dengan selamat.
Baiklah, sekali dua kali gagal bukan alasan untuk menyerah. Mayjen Tresckow bersama teman-temannya mencoba peruntungan di kesempatan lain.
Para konspirator pengkhianatan terhadap Hitler, Tresckow orang keempat dari kanan. (Foto: AFP)
Kesempatan yang dinanti itu akhirnya datang sepekan kemudian, pada 21 Maret 1943. Jerman akan menggelar Hari Pahlawan dan sang kanselir pasti akan hadir menyampaikan pidatonya. Heroes memorial day itu merupakan hari untuk mengenang para pahlawan Jerman yang gugur dalam Perang Dunia I. Pada masa itu, Hari Pahlawan menjadi hari libur nasional.
Jika sebelumnya mengandalkan bom waktu saja gagal, kali ini Tresckow mengirim Kolonel Freiherr von Gersdorff untuk menjadi martir. Sang kolonel akan berperan sebagai pembawa bom dan meledakkan diri di Museum Zeughaus di Berlin.
Dalam hal ini, Letnan Schlabrendorff menyuplai beberapa bom untuk dibawa Gersdorff. Setiap bom akan meleleh sumbunya dalam waktu 10 menit.
Seluruh persiapan sekali lagi dirancang sematang mungkin. Namun untuk kesekian kalinya, kelompok ini harus menelan kekecewaan. Pasalnya, setiba di aula, Gersdorff mendapat info jika inspeksi Hitler di galeri seni itu hanya akan berlangsung selama delapan menit.
Astaga! Belum sempat meledak, si bos bakal keburu keluar. Gagal maning, gagal maning.
(Silviana Dharma)