SAINT PETERSBURG – Terduga pelaku pengeboman kereta bawah tanah di Saint Petersburg, Akbarzhan Jalilov, diketahui menyewa apartemen di kampung halaman Presiden Rusia Vladimir Putin itu beberapa bulan sebelum menjalankan aksinya.
Pria kelahiran 1995 itu diketahui sebagai warga negara Kyrgyzstan yang juga memiliki paspor Rusia. Dua orang sumber dari Pemerintah Kyrgyzstan mengakui bahwa Akbarzhan Jalilov terbang ke Rusia pada Maret 2017. Sebelumnya, ia mengunjungi kampung halamannya di Osh.
Waktu kembalinya Akbarzhan Jailov dengan waktu pindahnya pria itu ke apartemen barunya di Saint Petersburg. Ia juga diketahui pernah tinggal di Saint Petersburg selama beberapa tahun. Tidak diketahui tempat tinggalnya sebelum kunjungan ke Osh atau alasan di balik kepindahannya ke apartemen baru.
Apartemen yang disewa Akbarzhan itu berada sekira 20 kilometer (km) dari lokasi ledakan di pusat kota. Para tetangga menyatakan, Jalilov pindah ke apartemen bernomor 109 itu sejak satu bulan lalu. Seorang tetangga bernama Margarita menuturkan, apartemen pria itu selalu sunyi.
“Apartemennya selalu sunyi. Ketika pemilik menyerahkan kunci, saya bertanya kepada sang pemilik yang mengatakan dia adalah seorang pria biasa. Sang pemilik memintaku untuk memanggilnya jika pria itu membuat kebisingan. Tetapi saya tidak pernah mendengar apapun,” ujar Margarita, seperti dimuat Reuters, Kamis (6/4/2017).
Tetangga lainnya yang sempat menyaksikan penggeledahan oleh Komite Investigasi, mengatakan sempat melihat beberapa barang di dalam sejumlah tas punggung berwarna hitam serta kotak. Ia juga melihat beberapa kontainer berisi bubuk mencurigakan.
Orangtua (ortu) Jalilov yang berada di Osh, dikabarkan terbang ke Saint Petersburg pada Rabu 5 April 2017 malam waktu setempat. Hal itu diperkuat dengan penjagaan ketat di seluruh area Bandara Pulkovo, Saint Petersburg. Seorang pria paruh baya dan seorang perempuan mendapat pengawalan ketat polisi setelah mendarat di bandara tersebut.
Tidak diketahui dengan pasti apakah kedua orang tersebut adalah orangtua Akbarzhan Jalilov. Tetapi, perempuan itu sempat mengaku kepada media Rusia bahwa tidak percaya anaknya seorang pelaku pengeboman.
(Wikanto Arungbudoyo)