AR Baswedan wafat pada 16 Maret 1986, tak lama setelah merampungkan naskah otobiografinya. Sesuai wasiat, beliau tak mau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, melainkan di TPU Tanah Kusir bersama sejumlah tokoh perjuangan yang menolak disemayamkan di Kalibata.
Warisannya tidak ada rumah, juga tidak bergelimang harta. Hanya 5 ribu koleksi buku yang diwasiatkannya untuk dijadikan perpustakaan. Lantas bagaimana Anies Baswedan mengenang Datuk Mang – sapaannya untuk sang kakek?
Dalam sebuah kesempatan saat berada di Posko Pemenanga Anies-Sandi di Menteng, Jakarta Pusat pada 24 Maret 2017, Anies menuturkan bahwa dia sering dimintai mengetik surat atau artikel balasan sang kakek untuk teman-temannya, sejak kelas III Sekolah Dasar.
"Kakek saya sedang memberitahu, surat yang dikirim oleh teman-temannya banyak yang salah dalam pengetikannya. Melalui tulisan saya sebagai perbaikan kosa kata dari surat yang diterima oleh kakek," tutur Anies.
“Kakek orangnya ramah sama siapa saja. Makanya rumah selalu ramai. Kalau berdiskusi itu juga pasti lama (dengan teman-temannya),” tandas Anies.
(Randy Wirayudha)