Sebelum kita lanjut akan kerinduannya, ada baiknya kenal lebih dekat dengan wanita Belanda yang tak kenal lelah mempopulerkan berbagai kultur Indonesia ini di Belanda.
Tante Lien lahir di Surabaya pada 16 Mei 1943, di kala negeri yang dulu bernama Hindia Belanda itu, berada di bawah pendudukan Jepang. Pasca-Proklamasi 17 Agustus 1945, Tante Lien “kecil” tetap tinggal di Sidoarjo, Jawa Timur dekat tempat ayahnya bekerja.
“Ayah Wieteke van Dort itu administrateur di sebuah pabrik gula di Candi, Sidoarjo. Keluarganya sempat terkena imbas Masa Bersiap yang membuatnya kehilangan sang ayah,” tutur penggiat sejarah Roode Brug Soerabaia Ady Erlianto Setiawan kepada Okezone.
Kendati begitu, Tante Lien dan keluarganya tetap bertahan di Indonesia, setidaknya sampai 1957. Tante Lien dan keluarganya bersama sekitar 300 ribu orang Belanda atau Indo-Belanda, terpaksa terusir dari negeri tempatnya lahir akibat sentimen anti-Belanda.
Gara-garanya, di tahun itu tengah panas-panasnya hubungan RI-Belanda akibat konflik Irian Barat. Di Belanda, ternyata Tante Lien enggak kerasan.