"Belum ada perhatian dari pemerintah setempat. Kita berharap pemerintah terlibat. Transportasi yang dibutuhkan. Kegiatan ini tujuannya kan untuk lebih memahami Alquran. Untuk saat ini, Alquran braille sudah mencukupi," sambung dia.
Raihan Ramadhan (12) salah seorang peserta tadarusan mengaku senang dan gembira belajar Alquran, terutama di bulan Ramadan. "Kalau tadarus (setiap Kamis) sudah juz 14, kalau pengajian setiap hari Minggu sudah juz 18," ucap Raihan
Raihan menjadi tunanetra sejak bayi. Ketika usianya 1 tahun dokter mendiagnosanya menderita kanker mata atau retinablastoma. Setelah menjalani 11 kali kemoterapi, bocah yang tinggal bersama keluarganya di Jalan Bromo Medan itu diputuskan matanya diangkat, karena sel kanker dapat menyerang otaknya.
"Saat ini Raihan sudah naik ke kelas V di Sekolah Luar Biasa (SLB) A Karya Murni, Jalan Karya Wisata. Dia selalu rangking 1 di sekolah. Tapi kan sekolah itu sekolah Katolik, mutunya baik, tapi di sana tidak mendapatkan pendidikan Agama Islam, makanya saya antar anak saya ke sini," ucap Prima (39) ibu dari Raihan.
Pelaksanaan tadarusan oleh para penyandang tunanetra ini diapresiasi oleh warga. Salah seorang warga, Hilda (34) mengatakan, ia sangat memuji konsistensi Pertuni dan para anggotanya dalam menjalankan tadarusan.