Dato’ Seri berterus terang mengatakan kalau menjadi perwakilan negara yang harus serba positif saja sudah menjadi satu ujian kesabaran buatnya. Lalu ujian kedua itu datang pada hari kedua dia menjabat Dubes Malaysia di Indonesia.
Sejumlah massa selama berhari-hari mengepung kantornya di Jakarta. Dia mengaku sudah tak ingat lagi apa yang didemokan pada waktu itu. Tetapi dia tahu isu yang disorakkan banyak, meliputi kasus penangkapan WNI oleh pemerintah Malaysia, kesejahteraan TKI, warisan budaya hingga lagu.
“Pengalaman panjang sabar saya yang terbesar adalah pada hari kedua saya di Jakarta. Massa mendemokan macam-macam di depan kantor kedutaan besar,” tuturnya.
Dia kesal sebenarnya, tetapi mencoba berpikir positif. Bahwa para pengunjuk rasa ini paham tentang Malaysia. Maka dia lakukan pendekatan. Dato’ Seri bersedia menemui para koordinator aksi guna berdialog.
“Setelah saya menerangkan, mereka paham. Memang kita ini meski serumpun, tetapi kan sama-sama negara berdaulat, jadi ada aturan yang harus dihormati. Kita harus adil untuk semua,” sambungnya.
Pertemuan itu berbuah manis. Keterbukaan dan keramahan Dato’ Seri mengubah lawan menjadi kawan. Dia mengungkap, sekarang ini banyak kawannya di Indonesia adalah orang-orang yang pernah mendemo dirinya di depan gerbang Kedutaan Besar Malaysia.
(Silviana Dharma)