LONDON – Ketua Partai Buruh Inggris Jeremy Corbyn yakin Perdana Menteri Theresa May sudah kehilangan kepercayaan dari rakyat. Pernyataannya tersebut mengacu kepada perhitungan sementara exit poll di Inggris yang menunjukkan Partai Konservatif gagal mencapai suara mayoritas pada satu putaran.
Partai Konservatif saat ini unggul dengan perolehan 318 kursi. Akan tetapi, angka tersebut turun 13 kursi dibandingkan pemilu 2015. Selain itu, jumlah kursi yang dimenangkan Tory (sebutan Partai Konservatif Inggris) belum mencapai mayoritas. Sebaliknya, Partai Buruh mengalami peningkatan sebanyak 35 kursi menjadi 267 kursi.
Untuk bisa memenangkan pemilu legislatif ini, partai wajib mendapatkan minimal 326 dari 650 kursi yang ada di parlemen. Jika Tory tidak mencapai batas mayoritas penguasaan kursi di parlemen seperti yang ditetapkan, satu-satunya jalan untuk menang adalah berkoalisi. Situasi ini disebut sebagai hung parliament atau parlemen menggantung, yang dapat menyebabkan ketidaktentuan politik.
“Jika ada pesan yang hendak disampaikan melalui exit poll malam ini, yaitu fakta bahwa PM May menggelar pemilu ini karena dia menginginkan sebuah mandat (dari rakyat),” tandas Corbyn, seperti disitat dari Reuters, Jumat (9/6/2017).
Mandat dalam arti, May berharap rakyat memberinya kekuatan lebih di parlemen guna memuluskan jalannya mengeluarkan Inggris dari Uni Eropa. Namun menurut Corbyn, pemilu dadakan ini malah menjadi bumerang bagi suksesor David Cameron tersebut.
“Inilah mandat yang didapatkannya: Partai Konservatif kehilangan kursi di parlemen, mereka kehilangan suara, kehilangan dukungan dan kehilangan kepercayaan diri,” sambungnya.
Corbyn menilai kegagalan Tory menyabet mayoritas kursi di parlemen ialah pertanda kalau sekarang waktu yang tepat bagi May untuk lengser. “Saya rasa ini sudah cukup. Mari beri jalan bagi pemerintahan yang mampu mewakili harapan rakyat di negara ini secara penuh,” pungkasnya.
(Silviana Dharma)