BOGOTA – Ketua Serikat Dagang Kolombia, Alberto Roman Acosta, meninggal dunia setelah ditembak oleh dua pembunuh bayaran. Peluru menembus tubuhnya berkali-kali, tepat saat dia sedang menyaksikan putranya bermain sepakbola di suatu lapangan di Kabupaten El Cerrito, Guacari, Kolombia.
Melansir Morning Star, Senin (3/7/2017), pria yang mengepalai persatuan pekerja industri tebu itu langsung dibawa ke rumah sakit San Rafael de El Cerrito. Namun nyawanya tak terselamatkan.
Polisi sudah menahan seorang dari kedua pelaku yang kabur dengan motor begitu melancarkan aksinya. Seorang lagi masih dalam perburuan.
Alberto Roman Acosta. (Foto: Tele SUR)
Acosta merupakan pendiri serikat dagang Sintrainagro yang terdiri dari pemotong tebu di Valle del Cauca. Dia juga menjalin kerjasama dengan para peternak pisang dan bunga, serta kelapa sawit di Antioquia.
Namun pengembangan tebu merupakan bidang yang paling digelutinya. Bisnis ini juga termasuk yang paling menguntungkan di Kolombia sehingga sering terlibat konflik bersenjata.
Hampir setengah dari area budi daya di Kolombia dikhususkan untuk produksi tebu. Tanaman yang bisa diolah menjadi gula mentah dan etanol. Sepertiga hasil pengolahan tebu diekspor dari negara tersebut.
Sayangnya, pemotong tebu harus bekerja hingga 14 jam sehari. Dengan penghasilan yang terbilang sedikit yakni 150 poundsterling atau Rp2,6 juta per bulan. Lebih mirisnya lagi, mereka tidak mendapat jaminan kesehatan dan keselamatan bekerja. Semua beban ditanggung sendiri.
Oleh karena itu, banyak pejuang buruh menjadi sasaran kekerasan oleh para militer. Fenomena tersebut juga telah lama dikecam para pegiat hak asasi manusia (HAM) setempat.
(Sil)